Pages

21/09/17

Bisa jadi

Bisa jadi,
orang yang kita nggak begitu suka, entah apa pun alasannya,
ternyata dia yang bantu promo voting untuk like akun kita di suatu kompetisi di dunia maya.
Bisa jadi,
orang yang kita nggak begitu suka, entah apa pun alasannya,
ternyata dia yang memilih kita di antara banyak calon yang lebih populer dan kompeten
di suatu pemilihan random yang dipercayakan pada kita.
Bisa jadi,
orang yang kita nggak begitu suka, entah apa pun alasannya,
ternyata doanya yang paling tulus dan paling cepat diterima ketika mendoakan kita
Bisa jadi,
orang yang kita nggak begitu suka, entah apa pun alasannya,
ternyata selalu setia mendampingi mereka yang kekurangan, menyisihkan sebagian jerih payahnya.
sedangkan kita tidak sedikit pun memberikan apa-apa untuk mereka.
Bisa jadi,
orang yang kita nggak begitu suka, entah apa pun alasannya,
ternyata ia penyambung amal kita di dunia karena telah menerapkan sedikit ilmu atau bahkan perkataan baik dari kita yang mungkin kita sendiri sudah lupa.


Depok, 22/9/2017


Sumber gambar : dari sini

06/09/17

About smile

Kemarin pagi ketika saya sedang duduk di sebuah lobby hotel, saya memberikan senyum kepada seorang ibu paruh baya yang duduk di depan saya. Tapi, si ibu malah mengabaikan senyuman manis saya. krik krik krik. Dia malah kelihatan aneh disenyumin sama stranger. Lalu Saya mikir, apa emang senyuman saya gak tepat? Apa emang gak seharusnya melempar senyuman ke orang yang nggak kita kenal? Apa seharusnya saya lebih baik senyum ke semut-semut merah yang berbaris di dinding?

Wkwkw.

Udah lah ya, nggak penting juga sih dimasukin ke hati. Kemudian gak lama setelah si ibu pergi, ada seseorang kakak cantik yang gantian duduk di kursi itu. Saya pun nggak kapok untuk melemparkan senyum manis saya lagi. Tadinya sempet pengen cuek aja sih, soalnya kan yang pertama akuh dicuekin. Tapi ternyata responnya luar biasa. Dengan antusias dia membalas senyum saya, gayung bersambut. Si kakak ini langsung bertanya kepada saya, apakah saya datang ke event yang sama dengan dia juga? Dan kami pun ngobrol singkat dengan seru karena ternyata dia dari Adelaide. Hahaaa. Saya langsung happy banget, udah lupa sama senyum yang gak terbalas itu. Wkwkw.

Ternyata satu senyuman yang sama bisa mendapatkan respon yang sangat berbeda. Intinya, jangan pernah lelah untuk selalu being nice with anyone ya,  walopun orang lain nggak nice, Amin...smoga selalu bisa. Tapi ya tetep waspada juga, wkwk.

*Catatan sisa kemarin

Jakarta, 6/9/2017.

Sumber gambar: dari sini

29/08/17

Cerita menanam pohon di suatu musim dingin

Sumber foto




Waktu itu di awal liburan musim dingin aku dan Riri mendaftarkan diri untuk ikutan kegiatan menanam pohon sekalian camping di sebuah pulau bernama Kangaroo Island. Karena dikoordinir kampus, harga yang ditawarkan pun lebih murah daripada kami ikut travel. Tapi, kami harus siap untuk tidur di tenda, tanpa kasur empuk yang nyaman di dalam hotel mewah berbintang 5. Okey. Jadilah aku dan riri menyiapkan apa-apa aja yang dibutuhkan. Nggak banyak sih, yang paling penting cuma bawa sleeping bag yang bener-bener tahan dingin. Untung banget ikutan camping itu, jadi kami beli sleeping bag yang sangat bermanfaat untuk kami tidur sehari-hari di udara Adelaide yang dinginnya ampun. Sleeping bag itu juga sangat bermanfaat untuk dibawa travel kemana-mana. Mau di gurun ataupun gunung minus 5 derajat Celcius juga bisa.

Hari H pun tiba. Aku menginap di rumah Riri karena kami harus sampai kampus dini hari, kalau nggak salah jam 6 pagi. Jam 6 pagi di sana nggak kayak di Jakarta yang jam segitu udah rame banget jalanannya. Jam 6 pagi itu kayak jam 4 pagi di Jakarta wkwkwkkw. Untungnya, Riri ada kenalan yang siap nganterin kita. Dan, waktu itu bertepatan dengan bulan Ramadhan, jadi kami mandi dan sahur dulu sebelum berangkat.

Sampai di kampus, udah banyak peserta camping yang datang. Nggak lama setelah kumpul kami pun berangkat dengan mobil. Seruuuu banget, sumpah. hahaha. We really took a long road. Kami menuju pelabuhan untuk pindah ke kapal boat untuk nyebrang ke pulau itu. Indah banget deh pemandangannya, di tepi laut pagi-pagi. Tapi, ketika baru masuk kapal aja, udah goyang-goyang banget, cuaca musim dingin sepertinya tidak begitu baik untuk menyebrang.

Di dalem kapal itu bener-bener kayak naik kora-kora. Duh, mana aku gak sempet minum obat anti mabok. Ga punya stoknya juga. Yaudah deh, sepanjang perjalanan aku cuma ngeringkuk aja, ya Allah, bersama lama banget perjalanannya. Di kiri kanan banyak anak-anak yang malah asik main kartu, ketawa-tawa, tapi yang mabok juga banyak. Pas kita sampai di pulaunya, banyak yang tepar!

Setelah lega banget hampir nggak percaya kalo akhirnya kami udah sampai di pulau yang dituju, aku menuju mobil dengan penuh suka cita. Yeay! Perjalanan darat pun di mulai lagi. I loooveee road journey! Di kiri kanan pemandangannya indah, kita berhenti juga di beberapa spot. Bagus-bagus banget.

Hingga akhirnya kita sampai di area perkemahan dan akan memulai kegiatan menanam pohon. Okay, I am ready. Dan aku masih puasa siang itu. Setelah beres-beres tenda, kami mulai bagi-bagi tugas di tanah lapang untuk nanam pohon. Tanahnya lapaaaaaang banget, beneran lapang. Benar-benar seperti ibu Tani hari itu. Ya Allah. Kayaknya hari itu terasa panjaaaang banget. Azan magrib berasa lama amat. Udah berapa baris aku tanem kayak nggak selese-selese. Sebaris ini selesai, eh masih ada baris berikutnya, kemudian berikutnya, sebelah sini, sebelah sana. Ya Rabbi. hahahaha. Ada tuh fotonya, eike lagi serius banget nanem yang nggak sudah-sudah itu di belakangnya ada pelangi. Iya karena itu dari panas, sampe hujan, sampe ada pelangi, sampe cerah lagi. Dan pas lagi itu gak sempat foto-foto, cuma Riri sempat foto beberapa kali doang.

Hingga akhirnya malam pun tiba. Kita berbuka puasa lah, alhamdulillah. Makanan pun kita makan yang vegetarian, duh. Padahal rasanya pengen makan berapa bakul sama ayam goreng, lol. Makan lah kita semacam bubur vegetarian yang seadanya itu. Sedangkan yang lain pada hura-hura makan barbecue sosis dan segala macamnya.

Malam itu pun kami bersiap tidur karena udah sangat lelah. Anak-anak lain masih banyak yang berhahahihi di luar tenda. Ketika lagi enak-enak tidur. Ada yang masuk ke tenda aja dong gegara salah tenda. Ya amplop. hahahaha.

Besok pagi dini hari, aku dan riri gelap-gelapan sahur di dalem tenda dengan makanan seadanya. Kegiatan besoknya pun dilanjutkan dengan perjalanan yang sangat menyenangkan ke spot-spot indah sebelum kembali menyebrang ke Adelaide.



***

Cerita ini salah satu cerita perjalanan yang sangat berkesan ketika di Adelaide, hahaha. Foto-foto pemandangannya bisa dilihat di sini ya: Kangaroo Island by Ashry

Aku udah pernah cerita ini ke mama, mama bilang, baguslah jadi kamu udah nanem pohon di sana. Aku bilang, iya yaaaa semoga pohonya udah tinggi sekarang dan banyak memberikan berkah, amin.
Lalu mama nanya, emang pohon apa yang kamu tanam?
Kemudian aku nggak tau itu pohon apa yang udah aku tanem berhektar-hektar, yak amplop.

***

20/08/17

Kenangan 17an (dibacanya tujuh belasan bukan satu tujuan)

Seperti anak kecil pada umumnya, waktu kecil aku aktif banget ikut lomba pas tujuh belasan. Di sekolah maupun di lingkungan RT di rumah. Kalau di lingkungan rumah biasanya ikut lomba masukin benang ke jarum, makan kerupuk, kelereng dan balap karung. Kalau di sekolah biasanya ikut lomba baca puisi atau gambar. Terus menang nggak? Menang duooongggg. hahahaha. Kalau di sekolah biasanya cuek aja maju terus ikut lomba gambar dan baca puisi kemudian menang semuanya. Pulang-pulang bawa hadiah bahagia banget. Ayah yang guru juga di sekolah itu biasanya sih nggak tau kalo anaknya ini mau ikut lomba apa aja. Dibiarin aja karena ayah juga sibuk ngurusin lombanya. Terus nanti heran sendiri kalo ternyata anaknya yang menyabet hadiah ini itu. Kayak nggak percaya, kok bisa gambar, kok bisa baca puisi. Padahal yang ngajarin gambar harus berani ngasih warna juga bapakke. Yang ngebolehin tanah dikasih warna pink juga beliao. Yang selalu ngebeliin buku gambar dan crayon, padahal mamake udah ngomel karena sebentar-sebentar beli buku gambar wakkakakak. Kalo puisi, belajar senidiri, kaya udah ada darah baca puisi mengalir dari bayi (lebay). Puisi yang aku baca dulu kayaknya antara karawang bekasi, juara satu aja gitu. Padahal lagi bacanya sempet ngerasa panas dingin juga, haha.

Ya begitulah kenangan 17an yang masih lekat diingatan, seru banget. Kemarin sempet ikutan lomba-lomba juga di kantor. Lombanya diadain tiga hari berturut-turut. Selama dua hari eike ga ikutan karena males panas-panasan dan ada kerjaan. Hari ketiga mulai deh ikutan turun ke lapangan (duileh) hahahaha. Ikut lomba joget balon dan masukin belut ke botol. Sebenernya sih kasihan juga sama belutnya hiks, tapi aku pengen nyoba megang belut yang licin. Mengalahkan rasa geli dan takut sama binatang wkwkwk. Pas lagi megang juga aku pegang dengan penuh kasih sayang kok *apasih*. Kemudian menang nggak? Enggak! Tapi nggak apa-apa, yang penting kan udah ikut memeriahkan acara di kantor. hahaha. Udah bangga banget posting ikutan lomba di kantor, eh seorang teman komentarnya: makin kaya masih kecil. 

zzzzzz LOL. 


Okedeh, sekian curhat 17annya, kalo kalian ikut lomba apah? 


Depok, 21/8/2017

26/07/17

Another catatan random

Banyak hal yang waktu kecil saya pertanyakan tentang cara mendidik orang tua saya. Yaaa nggak seserius itu sih mikirnya, cuma suka aneh sama beberapa hal yang orang tua saya lakukan ke saya. Tapi ketika saya dewasa saya baru menemukan banyak jawaban, dan kadang orang tua saya juga baru bilang kenapa demikian dan demikian. Misalnya, waktu kecil saya nggak pernah nerima hadiah yang sama dengan adik-adik. Orang tua saya nggak pernah ngasih hadiah sama rata. Misalnya, saya dibelikan baju, lalu adik juga sama. Dan sebaliknya. Waktu kecil sih saya iri dan kesal. Kenapa adik dibelikan, ternyata saya nggak. Tapi lama-lama biasa aja. Ketika dewasa ayah bilang, biar sampai dewasa nanti saya atau adik saya tidak iri dengan apa- apa yang saudara kami punya. Biar sampai dewasa, orang tua kami tidak terbebani untuk memberikan satu, yang lain harus dibelikan juga. Semua diberikan sesuai dengan kebutuhannya.

Hal lainnya yaitu, ayah tidak pernah memanjakan saya mengantar dan menjemput ke sekolah ketika SD. Padahal ayah guru juga di sana. Biar hujan, saya sering pulang bareng dengan teman-teman saya yang kadang di jemput orang tuanya. Saya sedih nggak, yaaa dulu sih santai aja, malah ketawa-ketawa sepanjang perjalanan. Mana saya anaknya penakut pula kan. hehe. Tapi, semakin ke sini, ya semakin terasa, kalau saya jadi termasuk lumayan berani kemana-mana sendiri. Ya nggak berani banget juga, saya termasuk orang yang gampang parno sih. Tapi seenggaknya ayah udah mendidik saya dari kecil untuk nggak manja. Walaupun ketika semakin dewasa semakin terasa, kalau ayah makin banyak khawatirnya, nggak pulang tepat waktu pasti langsung di whatsapp pergi kemana. hehe.

Kemudian saya berpikir, menjadi orang tua memang tidak mudah. Banyak yang harus dipertimbangkan untuk memberikan cara mengasuh anak yang baik, agar kelak mereka bisa menjadi anak-anak yang mandiri. Hasil asuh mereka tidak kelihatan secara instant, tapi nanti, mungkin bisa dibilang investasi jangka panjang. Tiap orang tua pasti ingin memberikan pola asuh yang terbaik untuk anak-anaknya. Seorang teman pernah berkata kepada saya kenapa ia belum ingin menambah anak lagi dengan alasan anak yang pertama saja ia merasa belum mampu mendidiknya dengan baik. Saya pun berpikir, yes, menjadi orang tua itu memang tugas yang tidak mudah. Semoga, ketika kelak saya pun dipercaya menjadi orang tua, saya pun bisa memberikan pola asuh yang baik. Duh, itu masih banyak banget juga ilmunya yang harus dipelajari ya. Saya suka baca-baca gimana pola pendidikan anak hmm lebih untuk di sekolah sih biasanya, sama nonton video cara mengasuh anak dari dulu, makanya lumayan bisa cepet deket sama anak-anak kecil, haha. Dan kadang denger tips-tips lisan dari orang sekitar juga banyak yang baik-baik yang bisa dicontoh. Walaupun saya sendiri belom menikah tapi kalo ada tips-tips gini biasanya saya share sama keluarga di rumah, apalagi kan masih punya adek yang masih kecil juga haha biasanya sih dipraktekin ke dia dulu. wkwkwk. Okedeh sekian dulu curhatan random thoughtnya. Semoga ada manfaatnya. hehehe

Another catatan random 

30/06/17

Kisah kura-kura dan udang rebon

Suatu malam..

Mama baru aja selesai masak sepiring udang rebon. Udang rebon biasanya emang untuk makanan kura-kura setiap hari di rumah.

Zidan : mah, udangnya kok di masak, nanti kasihan kura-kuranya, nanti dia makan apa?

Me : ya makan udang itu juga lah Dan, kan malah enak udah di Masak.


***



22/06/17

Pernah nggak?

sumber gambar



Pernah nggak tiba-tiba kita menang dorprize? tiba-tiba ditraktir orang yang baru di kenal di tempat makan mahal? Tiba-tiba dapet diskon lumayan pas mau bayar? wkwkwk pasti pada pernah kan? Semoga kita selalu ingat kejadian-kejadian baik ini. Semoga kita selalu percaya bahwa kebaikan akan selalu bisa menemukan jalannya pulang.


Catatan Random Sebelum Libur Lebaran.


Depok, 22 Juni 2017

23/02/17

tentang tas

Seperti keluarga pada umumnya, keluarga kami juga punya grup WA. Yang paling jarang nongol di situ sih si adek yang paling kecil alias si Zidan. Karena disamping dia juga kayaknya agak jarang bawa hp, kuota internet entah ada apa nggak atau mungkin nggak terlalu berminat nimbrung di percakapan orang dewasa. Dia masih kelas 3 SMP by the way. Masih atau udah ya. hahahha. Suatu ketika, di siang yang cerah, pesan Zidan masuk ke grup keluarga itu:


Ada yang pake tas aku nggak?


Krik krik krik

Mungkin semua anggota grup yang lain akan kompak menjawab: Yakaleee dan.

hahahhaha.

Kayaknya nggak mungkin aja, ayah pergi ke luar rumah, mama ke pengajian, empat kakaknya yang udah gede-gede ini (kakak pas di atas Zidan juga udah kuliah tingkat 2) beraktifitas pakai tas selempang Zidan. Sampai di rumah pun kami masih suka bahas: ada yang pake tas aku nggaaaa.



LOL.



We love you dek dan.

22/02/17

Tentang 2016

Umm, kayaknya udah agak lewat momentnya untuk membuat semacam kaledeoskop haha. Tapi nggak papa yes. Tahun 2016, pada intinya tahun penuh penyesuaian dan banyak yang harus dikerjakan karena habis go away for almost two years. Hehehee. Pasti banyak banget urusannya, urus ini, urus itu, tapi alhamdulillah banyak kemudahan. Sampai lumayan amazed sendiri karena to do list yang dibuat di awal tahun banyak yang tercapai juga pada akhirnya. Tapi ngerasa tergopoh-gopoh juga karena banyak dramanya juga. Sampai-sampai kemarin di awal tahun nggak mau buat list-listan dulu pengen let it flow aja (makanya baru bisa nulis ini sekarang). Hehehe. Dan ya seperti sewajarnya, beberapa list juga  belum terlaksana
tapi ya sik-asik aja. Namun, tahun lalu juga ada beberapa kejutan tambahan menyenangkan di luar dari dugaan. Seperti jalan-jalan ke tempat yang nggak direncanakan dan bisa perform nari lagi di depan khalayak ramai hahaha. Di tahun itu juga semakin banyak belajar tentang hidup, tentang kebahagiaan dan kepasrahan. Hehee. Semoga tahun 2017 lebih benderang dan lebih banyak kebaikan yang bisa diberikan, Amin.


Depok, akhir Februari 2017.


31/01/17

When in Kuala Lumpur




About two weeks ago I did a super sweet escape to Kuala Lumpur with my 5 friends. It was a planned trip. We bought the airplane tickets about six months ago randomly as we got super cheap return tickets. At first, we planned to go to Melacca as well, but then we decided just to enjoy Kuala Lumpur in those three days.

Where we stay
As it was my second visit to KL, I pretty know the city, at least I know KL sentral. Lol. I decided to choose hotel close to KL sentral because it would make us easier to go anywhere. Having searched on travelling sites, we choose Hotel Sentral. The hotel is just 5 minutes walk to KL sentral. I's really recommended hotel to stay if you plan to stay in KL. The room is quite good, clean, tidy and we got a connecting room. We like it.


How we travel around the city
We buy touch and go card in touch and go counter in Nu Sentral. It's really easy to use public transport using this card.


Where we go and how to go there 
Batu Caves: by Commuter
Petronas Tower: by LRT
Dataran Merdeka: by LRT
National Library of Malaysia: by Monorail then bus (402)
Central Market: byLRT
Petaling Street: by LRT
Bukit Bintang: by Monorail

Please kindly visit my steller to see pictures I took on my KL trip.

Tips to go to KL :
If you travel in a group, I recommend you to use online taxi. But make sure you have Malaysian mobile number. We didn't buy Malaysian sim card because we think we are just too lazy lol, but we were happy because we felt the sensation of no wifi or internet connection except in the hotel on our trip. So we enjoyed asking people to go to the destination and communicating through memo left on the table in the hotel room. I love KL because it just like my city, but I found some brands that I didn't found here. I eat at Nandos and Paparich, two my favorite restaurants when I lived in Adelaide. So far, for me, KL is still a good place to do a sweet short escape at the weekend, wanna go there again someday, let's find another cheap return tickets!

18/01/17

Memandang sama

Sering kita mendengar, "udah gampang, cuma seribu ini".

atau, "yaelah cuma gopek".


Mungkin kita nggak sengaja menganggap remeh nilai uang kecil itu. Termasuk aku, dulu pernah tersenyum heran ketika temanku bilang, "uang ini nanti akan buat beli rumah" ketika kami baru nerima honor yang jumlahnya beberapa lembar ratusan ribu, mungkin dua atau tiga lembar. "loh, iya lho...justru dari uang yang sedikit-sedikit ini, nanti akan banyak berkahnya, dan bisa untuk beli rumah" Lanjut temanku yang padahal mantan seorang pegawai swasta yang mungkin sekali terima honor bisa berpuluh-puluh lembar uang ratusan ribu. Waktu itu aku masih jadi pegawai baru. hmmm, okey.

Di lain waktu, seorang ibu yang juga rekan kerja pernah bilang, "jangan anggap remeh uang receh, sekali kita ada di posisi nggak ada uang, untuk mendapat uang receh itu juga nggak mudah"

hmm.. okey.

Poinnya, mungkin bukan berarti setiap orang yang memperhitungkan uang receh adalah orang pelit, tapi menghargai setiap nilai uang, karena ada jerih payah di balik setiap nilainya. Mari kita belajar menghargai berapa pun nilai mata uang yang kita punya, mau seratus, dua ratus, seratus ribu, kita pandang sama.


Catatan super random about life

15/01/17

Jalan-Jalan ke Dieng

Pertengahan bulan Agustus tahun lalu, saya dan adik perempuan melancong ke Dieng. Seperti biasa, rencana random yang baru direncanakan seminggu sebelumnya. Setelah dipertimbangkan, ternyata memang cuma hari itu kami bisa pergi dalam waktu dekat. Berhubung si adik sudah masuk kuliah di minggu berikutnya.


Kami ke Dieng dengan mengeteng. Awalnya kami naik kereta dari Stasiun Senen pukul sembilan malam, lalu turun di Purwekerto. Sampai di Stasiun Purwokerto kami naik angkot ke Terminal Purwokerto. Dari sana, kami mencari bus jurusan Wonosobo. Dari Wonosobo kami cari bus lagi yang jurusan ke Dieng. Yang agak lama di sini, karena kami harus nunggu busnya sampai ada barengan penumpangnya. Dan akhinya pukul setengah 4 sore kami sampai juga di Dieng. Lama banget perjalanannya. hahaha. Dan semuanya adalah transport ala ekonomi. Gara-gara pengen jadi sok-sok backpacker murni yang anti kemewahan haha, dengan pedenya kita ngeteng ke Dieng berdua doang. Di tengah perjalanan nyesel? enggak sih, cuma kaya buat deklarasi pribadi nggak mao lagi. hahahaha. Di tengah jalan dari mulai mau ganti haluan, mau turun aja ga tau di mana, sampe mau pulang lagi. Tapi at the end, we survive yeah.. 


Sampai di Dieng kami menuju penginapan yang sudah kami booking ketika di terminal Wonosobo. Haha, saking randomnya kami baru booking penginapan pas di bus. Dikasih tau sama mas-mas penginapan nanti kami turun di mana. Sumpah deh itu random banget. Sampai di penginapan kirain yah udah lelah langsung mau bobok cantik aja dengan udara dieng yang dingin sejuk menenangkan. Ternyata enggak, kami berdua malah kaya seger banget untuk mengitari Dieng. Di mulai dari ke Candi yang di dekat penginapan, cari makanan enak, dan berselfie di depan tulisan Dieng di pinggir jalan yang tersohor itu.

Ketika lagi makan malam di wisma Bu Djono, kami nanya ke mas yang jaga kasir, kalo mau cari ojek untuk ke Puncak Sikunir gimana caranya. Eh pas banget. Ternyata mas tersebut adalah guide yang bersedia mengantar dengan motornya, dan ada temannya satu lagi juga. Jadi kami janjian untuk berangkat besok pagi dini hari sekitar jam 3 untuk naik ke puncak Sikunir.

Pagi dini hari aku dan adik udah ready di pinggir jalan menunggu sang guide datang. Langsung deh kita cus ke atas puncak. Naik motor jam 3 pagi ke puncak bukit, dinginnnnn bangeettttt. Tapi seru. Untuk naik ke bukitnya kita mesti jalan juga lumayan ngos-ngosan. Kala itu abis off ngga olah raga setelah lebaran, jadi lumayan belom ada persiapan untuk jalan kaki jauh menanjak gitu. Tapi akhirnya sampai juga di puncak bukit. Sayangnya, sang mentari ngumpet di balik awan, huhu jadi kami nggak dapet sunrise. Nggak apa-apa deh.

Perjalanan dilanjutkan dengan turun gunung menuju Bukit Ratapan Angin. Sampai di sini kami harus bersabar lagi menunggu sang kabut hilang. Alhamdulillah setelah ditunggu lumayan lama, sang kabut pun hilang begitu saja sehingga kami bisa berfoto dengan background pemandangan yang menakjubkan.

Habis dari bukit ratapan angin, kita lanjutkan ke telaga warna. Di sini enak deh, suasananya tenang banget. Habis dari telaga warna kami ke Candi yang di dekat penginapan lagi.

Habis itu, waktu dihabiskan dengan tidur siang di penginapan yang dingin banget pakai AC alami, makan di sekitar penginapan, dan esok paginya kami kembali ke Jakarta dengan menggunakan bus dan kereta lagi.

Alhamdulillah, perjalanan ke Dieng sangat menyenangkan.

Tips untuk ke Dieng:
1. Usahakan pergi berlima atau berenam, jadi bisa sewa mobil dan gampang kemana-mananya.
2. Sewa mobil dari purwokerto ke Dieng atau dari Jogja ke dieng Jadi nggak turun naik angkot dan bus.
3. Pilih waktu di saat bukan musim hujan agar sukses bertemu dengan sunrise.

Sekian ceritanya, semoga bermanfaat. Berikut beberapa fotonya, some photos taken by mas Kiki sang guide (IG: @kiki_dieng.id)









by @kiki_dieng

12/01/17

Musim Panas Waktu Itu

Adelaide, Mid January 2014.


Suhu udara kala itu sungguh tinggi, musim panas tengah mencapai puncaknya menurut prakiraan cuaca. Aku baru saja memindahkan koper dari kamarku sebelumnya ke kamar yang saat itu aku tempati. Entah kenapa, aku mendapat kamar yang sungguh berantakan, dan dengan beberapa orang laki-laki dari negara lain di kamar tersebut. Nggak sekamar sih, tapi satu dapur dan common room, kami punya kamar dan kamar mandi masing-masing.  Seorang staf tengah mengganti seprai kamar yang akan aku tinggali. Ruangannya pun seperti harus disapu dan dipel dulu. Aku lumayan terkejut dengan kondisi kamarku saat itu, so messy!. Walaupun dua orang pria yang ada di tempat tersebut menyambut ramah penghuni baru ruangan mereka, alias aku, aku sungguh ingin pindah kamar. Untungnya, mas Apid, teman barenganku mau aku minta untuk bertukar kamar. Oh, mas Apid sungguh baik sekali. Mungkin mas Apid masuk kategori Malaikat tak bersayap dalam hidupku. Aku bahagia banget bisa pindah ke kamarnya di tower sebelah, yang mana sebelahan dengan kamar mba Niken, teman barenganku juga dari Indonesia. Entah kenapa juga, sang resepsionis tidak memasangkanku dengan mba Niken, melainkan mba Niken dengan mas Apid.

Oke urusan pindah kamar selesai. Aku  mendapat kamar di lantai 26 kalau aku tidak salah ingat. Kamarnya sempit, typical apartment yang sebenarnya aku kurang begitu suka. Tapi, jendela kamar itu menghadap ke arah pantai yang jauh di ujung sana. Untungnya, tidak terlalu banyak gedung tinggi di kota ini, jadi pantai di sisi kota masih terlihat indah dari jendela kamarku yang ada di pusat kota. Aku membuka jendela, menikmati langit sore musim panas yang panjang. Begitu indah, ungu dan jingga jelas-jelas terlukis di ujung sana.



***