Pages

09/02/21

pengalaman mengerjakan project di lembaga nirlaba : another adelaide story

Pagi itu Adelaide dingin sekali, padahal seharusnya secara teori musim dingin masih beberapa minggu lagi. Aku memencet bel ruangan kantor tempatku mengerjakan projek. Sang supervisor dengan ramah membukakan pintu untukku. Dingin banget ya! Tom bilang. Aku cuma bilang, iya.. wow. Kataku menggambarkan bagaimana windynya di luar ruangan. 

Aku lalu mulai mengerjakan projekku. Mengecek catatan kecil yang Mia tinggalkan di meja. Bekerja di kantor ini menurutku bukan cuma belajar bagaimana mengimplementasikan ilmu yang sudah dipelajari, tapi aku jadi punya kesempatan untuk melihat bagaimana sebuah lembaga non profit menangani difable people dengan profesional. 

Setiap aku datang, aku melihat beberapa pasien sedang melakukan terapi. Di jam makan siang kita biasa makan siang bersama di sebuah meja besar di ruang tengah yang biasa mereka gunakan untuk meeting dan terapi juga. Kami saling bercerita. Oke, aku mungkin yang paling banyak diam karena nggak tau mesti cerita apa. Salah seorang mereka bertanya jus apa yang aku sedang aku minum. Kalau tidak salah aku bilang, spinach, banana, tomatos, apples, and yoghurt. Kadang mereka juga bermain kartu atau sekedar menebak club footie mana yang akan menang minggu ini sebentar setelah makan. Setelah makan dan bermain kami kembali ke ruangan masing-masing untuk melanjutkan pekerjaan. 
Suatu kali aku pernah meminta untuk membantu menghancurkan kertas di mesin penggiling kertas karena aku masih punya waktu tapi pekerjaanku sudah hampir selesai. Biar nggak bosan juga di ruangan terus. Dengan penuh suka cita aku menghancurkan berkardus-kardus kertas di dapur dengan sesekali bertegur sapa dengan orang yang lalu lalang melaluiku. Mereka bilang aku sangat enjoy melakukakannya. Karina yang biasanya melakukkannya senang melihatku membantu pekerjaannnya. Dia memelukku erat setelah aku menyelesaikannya. 


~tanpa sengaja menemukan note random ini di hp 😁

Review pembalut kain

Sudah lama saya mencari solusi untuk mencari pembalut yang lebih ramah lingkungan, yang pas dengan saya. Dari pilihan menscup dan menspad, akhirnya saya memilih menspad. Mungkin udah dua/tiga tahun saya mencoba menggunakan pembalut kain atau menspad, dan so far si nyaman-nyaman aja kalau pas lagi di rumah. Kalau lagi keluar rumah atau di kantor saya merasa kurang nyaman karena harus mencuci dan menyimpannya lalu membawa pulang. Karena sekarang lagi sering di rumah jadi saya bisa menggunakan pembalut kain lebih sering. 

Intinya pembalut kain ini kaya sama aja dengan pembalut biasa, hanya bisa dicuci. Walaupun belum sepenuhnya pakai pembalut kain, semoga usaha kecil ini berkontribusi nyata dalam pengurangan sampah di bumi. Hehehe amin. 

Kaca mata

Ada banyak sekali kaca mata yang bisa kita gunakan untuk melihat sesuatu hal. 

Bisa dengan kaca mata kita 

Bisa juga dengan kaca mata mereka 

Dan 

Ada satu kaca mata yang mungkin jarang kita pakai 

Entah kita bisa memakainya atau tidak 

Kalau pun kita mencoba menggunakannya 

tetap belum jelas juga kelihatannya

Masih menerka

Bisa jadi yang kita lihat di sini indah 

Tapi menurut kaca mata itu tidak. 

Bisa jadi yang kita lihat kurang beruntung 

Tapi dari kaca mata itu justru sangat beruntung

Kaca mata apa itu? 

kaca mata_setelah_dunia

kaca mata_akhirat 

kaca mata_Nya 😇



Wallahualam