Waktu itu seperti biasa, aku keluar perpustakaan sudah cukup malam. Biasanya memang banyak juga yang masih menunggu bus di jam-jam segitu, kira-kira jam setengah sepuluh malam. Tapi waktu itu halte bus sepi sekali, tidak ada satu pun orang. Dengan ragu-ragu aku menyebrang menuju halte tempatku menunggu bus. Dari arah sebrang, seorang pria muda melihatku dan sepertinya senang dengan kehadiranku. Aku pun sampai halte dengan perasaan waswas, karena si pria muda ini mendekatiku. Ia bertanya nomer bus. Aku pun menjawab sepengetahuanku. Bus yang ia tanya memang lewat di halte ini. Aku sedikit tenang karena kemudian ada orang lain yang juga menunggu bus di halte ini. Aku pun malah jadi ngobrol dengan pria ini. Haha. Dia berumur dua puluh enam tahun, dua tahun lebih muda dariku. hahhahaha. Dari perawakan sih kurus dan tinggi, oke deh lumayan cakep. Tapi aku mulai deg-degan lagi ketika orang lain yang menunggu di halte ini mulai naik bus. Ini berarti tinggal aku berdua dengan pria ini. Dan, bis yang seharusnya di jadwal bus datang, belum datang juga. Aku sambil chat sama temanku yang masih stay di perpus. Aku bilang ke dia kalo aku ketakutan, karena diajak ngobrol orang ga dikenal. Tapi temanku malah becandain. Aku bilang, serius..aku takut. Dia bilang, yaudah santai aja, diladenin aja pertanyaannya. Karena hari semakin larut dan feelingku mulai nggak enak. Aku pun berinisiatif untuk meninggalkan cowok ini. Aku bilang ke dia kalau aku mau ke arah city aja karena bisku lama. Aku mau nyebrang. Dan ketika kami mau berpisah, cowok ini mengajakku salaman. Aku stay cool. Oke. Dia mengulang namaku, nice to meet you. Aku bilang, nice to meet you too, hmm sorry.. aku terbata menyebut namanya takut salah. Dia membetulkannya. Lalu dia bilang, boleh nggak aku menciummu?
Wadddd.
Aku bilang, nggak boleh.. sorry...
Dia bertanya kenapa dan masih memegang tanganku.
Aku bilang, pokoknya nggak boleh, dan mengiyakan waktu dia bertanya apakah ini masalah agama. Aku nggak tau harus bilang apa karena aku panik saat itu. Aku menyebrang jalan, meninggalkannya.
Dan akhirnya aku sampai rumah hampir jam 11 malam. Untung masih ada bus. Sejak saat itu nggak berani lagi pulang malam-malam sendirian.
-another random ada-ada aja story in Adelaide.