Pages

20/12/16

My Travelling Bag: packing tips

Di kamar, saya punya satu tas yang isinya perlengkapan untuk travelling yang selalu saya bawa. Hal ini sangat memudahkan saya ketika akan berangkat travelling. Dulu, saya cuma punya catatannya aja, barang apa aja yang akan saya bawa ketika packing. Tapi, setelah saya punya travelling bag, perihal packing menjadi lebih mudah, karena hampir semua barang yang saya butuhkan sudah terkumpul di sana. Berikut ini beberapa barangnya:
1. Perlengkapan mandi : sabun mandi, sabun cuci muka, shampoo, sikat gigi, handuk, sisir, deodorant.
2. Colokan listrik.
3. Jacket (jaket travelling yang bisa dilipat kecil dan ringan sangat bermanfaat)
4. Mukena dan sajadah yang ringan dan bisa dilipat kecil juga. 
5. Tongsis (yuk mari!)
6. Topi (biar nggak kepanasan). 
7. Plastik baju kotor
8. Bantal leher travelling

Sudah itu aja, biasanya tinggal saya tambah beberapa barang yang emang dibawa dan dipakai tiap hari, seperti make up, baju, dan barang lain yang dirasa perlu di bawa yang udah saya buat juga listnya. Sekian, semoga bermanfaat ya!



Barang yang dibawa untuk Umroh: for women




Setelah satu tahun pergi umrah, saya mau share tentang barang-barang yang cukup penting dibawa ketika umrah menurut pengalaman saya, yaitu:
1. Baju gamis, pakaian dalam, jilbab. Nggak perlu yang warna putih atau hitam tapi yang penting warnanya nggak terlalu mencolok atau gonjreng. Bawa yang banyak karena di sana nggak bisa nyuci, eh kalau di hotel yang bagus mungkin ada laundry ya, tapi biar waktunya fokus untuk ibadah daripada perlaundryan kayaknya lebih baik nyiapin banyak baju. Dalamannya aja yang dibanyakin, luarannya bisa dipakai beberapa kali.
2. Jaket yang hangat.
3. Topi untuk menahan panas ketik tour jabal rahmah atau peternakan unta.
4. Botol spray kosong untuk diisi air zamzam, untuk wudhu atau spray wajah biar sejuk.
5. Botol minum untuk diisi air zamzam.
6. Sajadah kecil dan sarung punggung tangan.
7. Kaos kaki 3,4 pasang.
8. Kantong plastik untuk nyimpen sepatu.
9. Sepatu yang nyaman, mudah dipakai dan ringan.
10. quran kecil.
11. Colokan listrik yang sesuai colokan arab, lupa yang mana, kayaknya ada yg 2 ada yang 3, bawa aja yang internasional.
12. Buku bacaan doa umroh.
13. Catatan doa yang disiapkan, biar di sana tinggal di baca hehehee..

Sepertinya itu dulu yang penting di bawa, semoga bermanfaat, umrohnya lancar dn berkah, amin.. Ohya, bulatdkan tekad di sana benar-benar untuk ibadah dan menghabiskan banyak waktu di masjid. Tips saya, ketika habis sarapan, kita bawa bekal roti atau cokelat atau kurma untuk di bawa ke masjid untuk cemilan. Biar nggak bolak balik ke luar masjid untuk cari makanan. Kalau mau ke luar, siapkan waktu yang banyak untuk kembali ke masjid jauh sebelum adzan berikutnya. Karena pintu masjid langsung di tutup kurang lebih setengah jam sebelum adzan. Kalau sempat mampir lah ke perpustakaan di Masjidil Haram. Ada 2 perpustakaan di sana. Hapalin arah pintu kita masuk dari mana dan hotel kita ada di mana. hehehe. itu aja tipsnya, semoga bermanfaat!



Tentang Malaikat tak Bersayap

Pernah nggak, kita ketemu seseorang yang tiba-tiba datang seperti malaikat padahal kita nggak kenal sebelumnya? coba deh diinget-inget lagi, kadang suka ada aja. Mungkin orang-orang itu orang yang Tuhan titipkan untuk kita, agar menolong kita atau setidaknya membuat kita menjadi lebih tenang di situasi yang bisa dibilang nggak mudah. Bahkan kadang kita nggak sadar akan kebaikan orang itu, dan sadarnya pas momen itu udah berlalu. Dan orangnya pun juga udah nggak tau kemana. Yang bisa kita lakukan cuma bersyukur, karena Tuhan menolong kita melalui malaikat-malaikat tak bersayap itu. Mendoakan, semoga mereka juga selalu dimudahkan urusannya. Dan semoga, kita juga pernah, atau kalo bisa sering-sering menjadi salah satu malaikat tak bersayap itu, amin.


catatan random akhir tahun mengingat-ingat malaikat tak bersayap yang pernah hinggap.


23/11/16

Tukang Ojek dan Adik

Waktu itu aku baru pulang dari Bandung. Karena naik kereta, aku minta jemput sang adik yang kebetulan bisa jemput di stasiun dekat rumah. Seperti biasa, keluar stasiun udah banyak tukang ojek menawarkan ojeknya. Karena aku hampir nggak pernah naik ojek dari stasiun, biasanya angkot atau pesen ojek online dan nunggunya agak jauh dari stasiun, jadi aku berlalu begitu saja mengabaikan tawaran tukang-tukang ojek tersebut. Lagian, kali ini aku di jemput adik dan kami janjian di sebrang stasiun. Aku jalan terus dengan membawa 3 tas. Tiga tas bok. Tapi nggak papa deh.
Setelah jalan lumayan jauh dari stasiun dan ingin menyebrang, samar-samar aku mendengar seseorang yang suaranya aku kenal : mau jalan sampe mana lagi sih -_-.
Pas aku nengok, tarararara ternyata si adik dari tadi ngikutin aku jalan. Mukanya udah bete karena ngikutin aku jalan sambil manggil di antara kerumunan tukang ojek dan dibantuin pula sama tukang ojek manggilinnya. Lah aku malah jalan makin cepet pas tukang ojek manggilnya semakin semangat.  hahahahah maaf ya dek, piss love and gaul!  Lagean udah janjian di sebrang ngapa jadi di depan stasiun, tao geto ako ga perlu jalan jauh bawa-bawa 3 tas ini tele tele.


_another catatan random

27/08/16

sepatu

Di suatu waktu yang random ketika sibuk menyiapkan wardrobe untuk backpacking trip bersama Tria, si adik perempuan:

Saya : sepatu zidan lucu banget ni, aku mau pake ini aja ah untuk trip besok.

Sepatu yang dilukis dan dicoret-coret oleh Zidan (si adik laki-laki yang sekarang udah SMP kelas 3) ini emang lucu banget, modelnya si kaya converse warna putih, tapi dia coret-coret abstrak lucu gitu. so original.

Besoknya ada wasap masuk dari Tria.

Tria : kak, beneran mau pake sepatu Zidan? kalo jadi aku mau cuci sekalian.

Saya : iya Tri..

oke deh, si Tria emang seneng kalo aku pake sepatu Zidan. Karena berarti dia bisa pake sepatu olah raga aku yang emang kece itu haha.

Besoknya pas malamnya ketika packing termasuk nyiapin sepatu, aku nanya Tria mana sepatunya yang dicuci.

Dengan biasa aja Tria ngasih sepatu Zidan yang udah dia cuci. Bersih si sepatunya, tapi super bersih, sampe ga ada lagi bekas lukisannya Zidan. Lah terus, ga ada esensinya aku pake sepatu Zidan. Hahaha.

Dan Zidan pun juga melongo liat sepatunya putih bersih.


Akhirnya aku pake sepatu olah raga sendiri. Tria pake sepatuku dari Outbond yang warnanya hijau stabilo. Dan Zidan pun melukis sepatunya lagi.

Jakarta, Akhir Agustus 2016.

10/05/16

Seperti kata Rangga : cerita selesai

Akhirnya kami sampai lagi di Sydney setelah dari Melbourne, lusanya kami baru akan kembali ke Adelaide. Kenapa sepertinya melelahkan, bolak balik, kenapa ga dari Melb langsung pulang ke Adelaide. Padahal ditawarin juga sama rombongan Inda kalau mau bareng ke Adelaide. Tapi ya gimana, kami emang harus balik lagi ke Sydney,

Seperti kata Rangga, itulah bedanya travelling dan liburan. Kita ngikutin aja kemana perjalanan mengajak kita, the important thing is the journey, not the destination *apa deh*. 

Balik lagi ke Sydney rasanya seneng banget. Balik ke kota favorit walaupun cuma tinggal 2 hari lagi. Lalu seperti yang sudah ditekadkan sebelumnya, kalau kami harus mampir ke University of Sydney yang termahsyur itu. Tapi Rima mengajak ke tempat lain dulu, ke sebuah butik di daerah Lakemba yang lokasinya di suburb. Aku ikut aja deh. Kita naik kereta ke sana. Pas sampai sana, wuhuuu.. langsung terasa atmosfir muslimnya. Kami baru tau kalo ternyata daerah itu memang daerah komunitas muslim di Sydney. Akhirnya kita sampai di kafe dan studio yang Rima cari. Ternyata studio milik Amalina Aman, desainer muslim pertama di Australia.

Kami nggak ketemu sama sang desainer, melainkan dengan ibunya yang kebetulan ada di rumah. Awalnya aku nggak tau tentang desainer ini, Rima yang tau aja. Pas di sana kita lihat-lihat koleksi bajunya, topinya, di studio kecil yang ada di lantai 2 rumahnya. Lantai satunya kafe. Cantik deh studio dan kafenya. Ibunya Amalina ramah banget nemenin kita, bahkan nyuruh jangan pulang dulu, tunggu Amalinanya sebentar lagi. Tapi karena kami mengejar untuk ke University of Sydney jadinya kami nggak sempat ketemu sama Amalina. Tapi Rima sempat smsan sama beliau, dan kami juga mention2an di instagram. Dan fotoku di repost di accoount ignya Amalina. Bajunya emang cantik banget, I like it!. Semoga bisa ketemu langsung nanti suatu saat, amin. 

Kami berdua menutup perjalanan random ini dengan menikmati malam di Darling Harbor. Kami menukarkan kupon diskon kafe coklat ternama di sana. haaah alhamdulillah. Akhirnya selesai juga perjalanan super random yang menyenangkan ini. Oh ya, pas lagi di University of Sydney kami sempat ngeborong kaos karena ternyata lagi ada sale untuk souvenir kampusnya. Tau sendiri pan harga souvenir kampus-kampus itu mihil banged. 


Keesokan paginya kami kembali ke rumah tercinta di Adelaide. 

Dan cerita perjalanan Ashry Rima Sydney Melbourne pun selesai. 

Ketika pertama kali ke Sydney dengan Riri dan mas Arief di semester sebelumnya, ketika meninggalkan Sydney Opera House, kami bertiga masing-masing berdoa semoga bisa kembali lagi ke Sydney. Ternyata benar alhamdulillah kami pun kembali lagi, aku dengan Rima dan mbak Fira (mbak Fira sedang konferens waktu itu), Riri kembali lagi untuk presentasi papernya, dan mas Arief balik bersama keluarga tercintanya. Jadi, marilah kita berdoa bersama, semoga yang cinta dengan Sydney bisa berkali kali kembali lagi dengan perjalanan yang super menyenangkan, amin!. 


Cerita sebelumnya: di sini

04/05/16

Tur Kampus itu ternyata menyenangkan

Berhubung aku dan Rima kembali ke Sydney keesokan harinya dan di waktu sore, kami masih punya waktu setengah hari untuk jalan-jalan di Melbourne. Aku sempat bingung mau jalan-jalan kemana, karena tahun lalu, seperti yang aku ceritakan sebelumnya, aku udah muter-muter kota ini selama 3 hari. Jadi udah gatau mau jalan ke mana lagi.

Ketika mengobrol di grup chat, dengan briliannya si Haza, temanku yang kuliah di Monash ngasih ide untuk mengunjungi kampusnya di Clayton. Aku nanya dulu sama Ias dia bisa nganterin ke Clayton apa nggak, kalo nggak aku ga berani ke sana cuma berdua sama Rima atau bahkan sendiri. Karena ga ngerti sama sistem transportasi di Melb yang kayaknya agak ruwet ganti-ganti tram, bus dan kereta. Tahun lalu pas ke Melb juga dianter kemana-mana juga selalu ada guide yang mengantar, alias teman yang sedang kuliah di Melb, alias ias dan Haza juga, muahahaha.


Untungnya si Ias bisa nganterin, akhirnya jadi deh ke Clayton. Oh ya, malam sebelumnya Rima bilang kalau dia mau jalan-jalam sendiri aja. Mau shopping. Endebra endebri. Berhubung aku ga mau shopping jadi aku males juga nemenin dia. Dia bilang, kakak jalan aja sama kak Ias aja. Aku jalan sendiri ga papa.

Aku ga mau maksa sih, kalo Rima emang lebih nyaman untuk shopping ya silahkan. Walaupun aku lebih suka kalo Rima bareng sama aku dan Ias.

Namun, begitu aku kabarin Rima kalo aku mau ke Clayton ke kampusnya Haza. Rima langsung berubah pikiran, dia mau ikut. Dengan semangat 45. 

Hadeh, yaodah terserah.

Rima sudah pernah aku kenalkan dengan Haza, salah satu fotografer wisudaku  (Salah satu).

Kami pun berangkat ke Clayton pagi-pagi karena siangnya Haza ada acara. Ternyata ga ribet-ribet amat ke Clayton. Cuma naik kereta sekali terus nyambung bus. Kalo dianterin si emang ga ribet, kalo jalan sendiri pasti sampe setelah nanya 1000 kali. Hahaha.


Ketika turun bus Haza sudah nungguin. Langsung deh kita cus untuk tur kampusnya. Aku baru sadar kalo tur kampus itu menyenangkan, aku jadi menekadkan dalam hati kalo besok pas di Sydney harus mampir ke University of Sydney, jangan sampe enggak. Ini merupakan tur kampus kedua yang aku lakukan, sebelumnya pernah juga ke Unsw dengan didampingi Rizka. Oiya, ke Uni Melb juga sempat kemarin malam bersama Ias. Tapi sebentar doang dan tengah malem ga begitu jelas karena gelap.

Di Monash kami ke Library nya, yang menarik, ada satu library khusus untuk recreational purpose. Jadi kan salah satu fungsi perpustakaan itu emang ada untuk fungsi hiburan, nah di kampus ini disediakan satu library yang emang hanya menyediakan koleksi untuk tujuan hiburan ini. Isinya komik, novel, dvd film, ah enaknyaaaa.

Kami juga mampir ke sebuah kamar survival room. Isinya barang-barang bekas. Jadi student bisa naro atau ngambil barang sesukanya di tempat itu. Kata Haza, dia suka inspeksi ke sana dan suka menemukan barang-barang oke.

Dan aku, nemu aja jaket stylist nan kece. Hahahhahahah.

Setelah mutar-mutar di kampus, kami pun harus kembali. Berhubung aku dan Rima harus segera ke airport. Oh ya, jadi aku udah bawa barang-barang tuh pas ke Clayton jadi tinggal cus ke airport. Kami berpamitan dengan Haza, thanks Haza for the very nive welcome!


Aku, ias dan Rima makan di salah satu restoran di dekat terminal kota Melbourne biar gampang nanti untuk ngejar busnya. Setelah makan, aku dan rima diantar Ias sampai kami naik ke shuttle bus menuju airport.

***

Bersambung ke sini

Cerita sebelumnya sini

Bersama Salju, waktu itu

Dingin, membeku, aku simpan rinduku di situ. 
~ random. 
~ ga usah baper~ cuma sebaris kalimat asal bunyi terinspirasi dari bongkahan-bongkahan salju.  

Tiba di Mount Buller suhu udara sangat dingin. Berhubung aku emang udah niat banget mau lihat salju, jadi perlengkapan untuk menghangatkan tubuh udah lengkap semua. Hanya saja, syal yang aku bawa ternyata terjatuh di Sydney, entah di mana. Padahal syal itu kan dikalungkan ya. Wallahualam. Sampai di sana, kami langsung menyewa pakaian: atasan, bawahan dan sepatu untuk di pakai selama di sana. Berhubung aku udah pakai jaket baru yang anti air dan sepertinya nggak akan heboh guling-guling main di salju, jadinya aku cuma nyewa sepatunya aja. Lagian kurang kece gimana gitu kalo pake baju anti air dari sana.

Akhirnya waktu bermain salju pun tiba. Jadi di sana itu ada beberapa spot, ada shuttle bus untuk mengantar kita ke beberapa spot itu. Yang paling menakjubkan adalah ketika naik keret gantung terbuka tanpa penutup, wuhuuu

Jadi, salah satu yang membuat aku kepengen banget untuk ke Mount Buller adalah untuk naik kereta gantungnya yang tanpa tutup itu. Aku naik berdua aja sama Rima, padahal sih bisa untuk berempat. Sepanjang perjalanan Rima jejeritan aja, aku berani dong, hahahahhah. Sambil ati-ati jangan sampai lengah karena membawa kamera, handphone dan sebagainya. Mau ngerekam juga heboh banget, karena dingin, karena ribet, dan entahlah haahaha. Jalurnya juga lumayan panjang, semakin ke sana semakin menanjak dan berarti semakin dingin!. huaaah... seru banget. Kami ditawari untuk muter lagi, aku sih mau, tapi Rima bilang enough. 

Setelah naik kereta gantung kami bermain-main dengan tobogan. Tentunya aku nggak ikutan meluncur bebas, cuma duduk-duduk cantik dan menikmati rintik-rintik hujan salju yang semakin deras. Makin dapet feel saljunya, haha.


Di sana aku sempat berkenalan dengan 2 orang ibu asal Indonesia yang sedang jalan-jalan ke Melb. Aku menyapanya. Dan si ibu itu bilang, daritadi kita ketemu sama orang Indonesia baru kali ini ada yang nanyain. 
Hehehe aku bilang, mungkin karena udah saking banyaknya orang Indo di sini jadi mereka cuek bu.

Anyway, setelah seharian kami bermain di salju-salju itu,  kami pun pulang. Akhirnya, rencana jalan-jalan bersama yang aku dan Inda pernah rencanakan terwujud juga. Dengan jalanNya yang sama sekali di luar perkiraan sebelumnya. Bersama-sama main hujan-hujanan salju dengan kehebohan seperti biasanya. 


Bersambung ke sini

Cerita sebelumnya: di sini

21/04/16

Hello Melb, ternyata kita berjodoh (lagi)

Konon katanya, hanya keledai yang melakukan kesalahan dua kali. Untuk itu, aku dan Rima bertekad sepenuh hati kalau besok kami harus bangun sepagi mungkin, agar tidak ketinggalan bus untuk kedua kalinya. Semalam, begitu tiba di Melbourne, Ias langsung mengajak kami survey ke travel yang akan kami gunakan. (Padahal aku ga cerita sama dia kalo kami ketinggalan bus kemarin). Bukan cuma nunjukin travelnya di depan aja, tapi Ias mengajak kami untuk masuk, duduk dan bertanya kepada petugas travelnya kalau memang besok kami harus berkumpul di sana. Harusnya kemaren begitu yak. hahahaha. 


Dan paginya, kami menyusuri jalan di tengah kota Melbourne menuju travel tersebut. Untungnya semalam Ias juga udah ngasih tahu kami arah jalannya, dan untungnya kami mengingatnya. 

Jalanan masih sangat sepi dan dingin. Tram sudah beroperasi tapi aku dan Rima memilih untuk berjalan kaki. Dari kejauhan, kami melihat ada beberapa orang di depan travel tempat kami harus berkumpul. Semakin dekat, semakin familiar dengan wajah-wajah itu. Ternyata oh ternyata, Inda dan Ratih, dan Arbay, dan rombongan lainnya. 

Aku dan Rima pun cuma senyum-senyum bahagia ga jelas, padahal mereka bengong ngeliat kami. hahahaha. 

Bukan cuma satu orang yang nanya kenapa kami bisa bareng dengan rombongan Inda,  hampir semua orang di rombongan itu nanya apakah kami janjian atau tidak. Aku jawab, enggak, jalan Tuhan yang mempertemukan. krik krik krik

Kami pun bersama-sama menuju Mount Buller. satu bus. 

Riri cuma geleng-geleng, ealah mbak, aku tuh udah jawabin kalo mba aci ke Perisher. 

Aku juga bilang ke mereka, ga tau ah, aku juga ga ngerti. hahahhaha 

Manalah sempat di tengah kegalauan kemarin kepikiran untuk janjian bareng ke Mount Buller, lagian mau dikata apa, udah dari dulu bilang ga mau ikut, masa tiba-tiba bilang mau bareng. Yang ada di pikiran kemarin cuma mau lihat salju, asap. 

Di komen foto-foto salju yang langsung aku post juga, ada teman yang komen: akhirnya sampai juga ke Perisher!  

lol. 

Ah, Perisher, sama seperti Perth, tempat yang aku rencanakan tapi Tuhan punya kehendak lain dengan rencanaNya yang memang selalu lebih indah. amin. 

Aha moment

Bangun sudah sangat siang, aku dan Rima hari itu seperti sudah tidak ada semangat. Mau mengitari Sydney lagi sepertinya sudah nggak semangat. Karena hari sebelumnya kami sudah seharian mengitari Sydney. Dari pagi berfoto-foto ala ratu dari Cina di Chinese Garden of Friendhsip sampai matahari tenggelam kami habiskan dengan duduk-duduk cantik di tepi Opera House bersama Mbak Fira.  

Siang itu kami cuma di tempat tidur browsing-browsing cari tiket lagi ke Perisher atau kemungkinan lain kemana. Tapi karena tujuanku benar-benar cuma mau lihat salju, sepertinya nggak kepengen juga ke tempat lain. Sedih rasanya kalo sampe nggak jadi ke Perisher, kapan lagi mau lihat salju di Ostrali kalo nggak sekarang. Bulan depan udah balik ke Indonesia. Winter tahun lalu ketika ke Melbourne aku nggak kepengen ke Mount Buller, cuma pengen muter-muter di city. Menikmati bangunan-bangunan tua di kota cantik itu (iya aku akui Melbourne memang cantik).

Setalah browsing-browing, ternyata bus ke Perisher cuma ada setiap weekend. Hiks. Dan harus dipesan jauh-jauh hari. Apalagi sedang musim salju seperti ini, pasti sudah cepat penuh. Tidak seperti di Mount Buller, yang ada setiap hari dan bisa di pesan malamnya. 

Ahaaaa

kenapa nggak ke Mount Buller aja?

Aku pun langsung nanya-nanya kemungkinan pergi ke Mount Buller dengan beberapa teman yang sudah pernah ke sana. Cek-cek tiket pesawat dan berhubung di Melb ada Ias, aku langsung ngontak dia dengan randomnya. Tapi Ias bilang nggak usah, nggak usah ke melb, mahal. 

Tapi alih-alih menuruti sarannya. Sorenya, aku langsung mengabari Ias kalo tiket udah di pesan dan besok sore kami tiba di Melbourne.  


Bersambung ke sini
Cerita sebelumnya: di sini

18/04/16

Perkara pukul 1 dini hari: salah satu rangkaian cerita Sydney Melbourne Trip

Dengan langkah jauh dari gontai kami menyusuri jalan menuju meeting point bus yang benar dengan bimbingan GPS. Lesson learned yang bisa kami ambil adalah jangan terlalu yakin akan keberadaan meeting point bus di tempat yang sudah kami yakini sepenuh hati sebelum bertanya dengan petugas travel yang ada di situ. Walaupun berada di jalan yang sama dan ada tulisan besar-besar akan nama perusahaan bus malam yang sama dengan tiket yang kami pesan, kami harus mengecek lagi ke petugas yang ada di sana untuk memastikan bahwa memang di situ tempatnya besok dini hari kami harus menunggu bus. 

Dengan tergopoh-gopoh kami menyusuri jalan di tengah kota Sydney yang sama sekali asing bagi kami. Dari kejauhan kami melihat bus yang kami kira merupakan bus kami. Dengan setengah menyerah kami sudah rela kalau memang bus tersebut meninggalkan kami karena memang sudah lewat dari waktu yang dijadwalkan. Pasrah. 

Lalu kami sampai di depan ruko meeting point yang seharusnya. Tidak ada apa-apa dan tidak ada siapa-siapa di sana kecuali seorang pria sepantaran yang juga celingukan mencari kejelasan keberangkatan. Dia menyebut nama daerah yang kami kira satu tujuan dengan kami. Dia bilang kalau dia di kabari kalo meeting pointnya di sebelah sana. Kami pun malah ngikutin dia, kali aja masih ada secercah harapan untuk diangkut ke Canberra.

Kami sampai ke tepian jalan tempat banyak bus ngetem juga. Sang cowok itu dengan sigap menyetop salah satu bus. Si cowok ini dengan senangnya naik bus yang dia tunggu-tunggu. Dia menoleh ke arah kami seolah mau mengajak kami naik juga. Kami cuma menatapnya dengan tatapan tak bersemangat sambil melambaikan tangan, byeeee.. mungkin si cowok bingung kenapa kami ga ikut dia naik. Ternyata dia mau ke daerah lain, entah apa nama daerahnya, yang jelas berbeda dengan kami.  

Aku dan rima kemudian kembali berjalan ke arah hostel. Di tengah keheningan kota Sydney yang dingin, Rima kemudian bertanya akan sebuah pertanyaan yang tiba-tiba terlintas dalam pikirannya. 

"Eh kak, sekarang tanggal berapa sih?"

Aku berfikir... mengingat tanggal berapa sekarang.

Dan.. ow ow.

Oh my God, ternyata kita salah tanggal. Harusnya kami sudah berangkat ke Canberra kemarin malam. Bukan malam ini. Pukul 1 dini hari berarti pukul 1 hari itu, bukan malamnya. Kalau malamnya udah masuk tanggal berikutnya.

Menyadari kekeliruan ini kami pun kembali ke hostel. Penuh lesu. Capek. Ga tau harus ngapain. Tapi entah kenapa aku malah senang karena bisa tidur lagi.

*****
Bersambung ke sini

Cerita sebelumnya di sini

05/04/16

Tentang Melbourne: Unplanned beautiful journey: Cerita Pertama Sydney Melbourne Trip

Malam itu pukul setengah 12 malam, aku dan Rima tergesa meninggalkan hostel di tengah kota Sydney menuju meeting point bus malam yang akan mengantarkan kami ke Canberra. Sangat berat langkah kami, begitu juga mata yang masih ingin tidur lelap. Kami berpapasan dengan muda mudi Sydney yang berdandan kece untuk pergi ke club. Pemandangan yang tidak asing bagi kami, karena biasanya kami memandangi pemandangan seperti ini dari atas ruangan di kampus atau ketika pulang hampir tengah malam setelah mengerjakan tugas yang seperti tiada akhirnya. ah ya, ini sudah liburan, lupakan sejenak tugas-tugas cantik itu. Dan kami akan menuju kota yang kami pun tidak tahu persis letaknya di mana. Untuk melihat salju untuk pertama kalinya.

Rencana liburan ini sudah tentu kami rencakan jauh-jauh hari, bahkan sebelum semua tugas kami kumpulkan. Dari pertengahan semester Inda sudah mengemukakan rencana liburan ke Melbourne bersama rombongannya. Aku pun salah satu yang rencananya akan diikut sertakan. Sudah dari setahun yang lalu kami memang pernah punya rencana untuk liburan bersama. Inda yang memang sudah kenal baik dengan kota Melbourne mengajak aku dan teman yang lain untuk tour di kota itu. Tapi berhubung kesibukan kami masing-masing rencana itu belum juga terwujud. Terlebih lagi pertangahan tahun lalu Inda sedang sibuk mempersiapkan pernikahannya. Dan sekarang, Inda mengajak kami lagi untuk tur ke Melbourne di musim dingin tahun ini, menikmati salju di Mount Buller.

Mendengar tawaran Inda membuat aku tidak langsung mengiyakan, padahal Riri sudah pasti mau ikut. Entah kenapa waktu itu aku butuh waktu sedikit lama untuk mengiyakannya. Pertimbangan pertama karena musim dingin tahun lalu aku sudah ke Melbourne, dan Melbourne bukan merupakan kota yang ingin aku kunjungi dua kali dalam masa studi masterku ini. Aku lebih jatuh cinta dengan Sydney, dan lebih memilih untuk datang ke Sydney lagi daripada ke Melbourne.

Aku membulatkan tekad untuk ke Sydney lagi, entah dengan siapa. Perjalanan medio semester kedua lalu ke kota itu sangat berkesan untukku. Kota yang cerah, cantik dan ramah. Hiruk pikuk yang menyenangkan, karena memang Sydney kota tujuan wisata. Tidak seperti ketika aku mengunjungi Melbourne yang kelabu. Sebenarnya sih karena faktor musim juga. Aku ke Melbourne di saat musim dingin, dan Sydney ketika musim hampir memasuki musim semi. Masih musim dingin sebeneranya, tapi musim dingin yang sudah mulai memudar. Ah, pantas saja. Musim semi adalah juga musim ku. Jika kebanyakan orang sangat memuja musim gugur, aku adalah pengagum musim semi.

Aku sudah pernah mengajak Rima untuk ke Sydney lagi. Tapi Rima menolak dengan alasan sudah pernah ke sana. Aku nggak ada ide lagi untuk mengajak siapa. Tapi aku sudah mantap untuk tidak ikut rombongan Mount Buller yang Inda kordinir.

Di suatu hari yang random, aku dan Rima sudah membeli tiket PP Adelaide Sydney. Dalam sekejap, kami sudah siap untuk melakukan perjalanan Adl-Sydney-Canberra-Sydney-Adl. Tiket PP Sydney Canberra pun sudah dibeli. Tak usah dipertanyakan tingkat kerandoman kami, ya begitu lah adanya.

Perisher, sebuah pegununungan di antara Canberra dan Sydney adalah tujuan kami untuk melihat salju. Setelah browsing sana sini akhirnya kami bulat mengunjungi pegunungan ini, agak berbeda dengan tujuan teman kebanyakan yang memilih mount buller di Melbourne.  Dan aku pun sudah mengumumkan kepada siapa saja yang bertanya padaku kemana rencana liburan nanti atau kenapa tidak ikut dengan Inda, karena Riri dan Ratih saja ikut, bahwa aku akan ke Perisher. Riri pun sudah aku kasih tau nama tempat itu, jikalau ia juga ditanya dengan pertanyaan serupa. Pe-ri-sher. Jangan lupa, Perisher.

Yak, hingga akhirnya hari itu tiba. Kami harus bergegas ke meeting point bus malam itu. Siangnya kami juga sudah survey tempat busnya yang ternyata dekat dengan penginapan kami. Dan ternyata, bus yang kami tunggu tidak datang juga. Dan, kami menyadari ternyata meeting pointnya bukan di situ.


*bersambung ke sini

akhirnya Jepang, untuk pertama kalinya

Sebagai anak yang tumbuh besar dengan banyak pengaruh komik-komik, kartun-kartun, dan drama dari Negeri Sakura itu, mengujungi Jepang merupakan salah satu cita-citaku sejak kecil. Mungkin dulu aku belum mengenal Australia, Eropa atau bahkan Afrika, tapi aku sudah sangat (merasa sok) akrab dengan Jepang. Tapi aku juga bukan anak yang tergila-gila seperti beberapa temanku yang lain. Yang sampai membawa bekal makanan ala orang Jepang, rajin mengunjungi festival Jepang, berdandan ala band Jepang atau bahkan mengambil kursus bahasa atau kuliah sastra Jepang.  Aku hanya pengagum yang sederhana (apalah).

Pertama kali menginjakkan kaki di Jepang, yang aku pikirkan, kalau semua yang aku lihat di film-film sama. Bahagia sekali rasanya akhirnya bisa melihat negeri yang aku sering bayangkan di waktu kecil secara nyata. Tidur di balik selimut tebal seperti milik doraemon. Berjalan melihat orang lalu lalang dengan sepeda. Melihat segerombolan anak berseragam menuju sekolah. Percis seperti di film-film. hahaha. no rak yak.

Jepang menurutku negara yang sangat maju dan juga kaya dengan kebudayaannya, jadi seperti seimbang. Orang-orang yang super ramah, sejauh itu sih yang aku temui orang-orang ramah, alhamdulillah. Selain itu aku juga merasakan kebudayaan Asia yang sudah lama nggak aku rasain. Hampir setahun tinggal di negara berkebudayaan barat, membuatku lama nggak ngerasain yang asia-asia. Terdengar lebay yes, but it's true. Pertama kali mencoba masakannya, sepertinya lidah langsung familiar dengan rasa masakan seperti itu. Spicy dan rempahnya terasa. Seperti itulah makanan-makanan Asia yang aku rindukan. Walaupun aku suka masak dan makan makanan di Asian resto, tapi tetep aja beda. Selain itu, toilet yang ada airnya, ahaaaa. Merasakan kemudahan setelah sekian abad, ga perlu repot-repot bawa botol untuk mengisi air atau tisu basah. Kemudahan kecil itu terasa begitu nikmat, hahaha. 


Begitu tiba di airport kami langsung menyewa modem. Aku bukan pencatat yang baik tentang printilan selama travelling. Aku lupa berapa biayanya. Tujuan berikutnya adalah naik kereta menuju Sakai, tempat kami menginap. 

Sekitar jam setengah sebelas malam jalanan di Jepang masih lumayan ramai. Nggak ramai-ramai banget seperti di Jakarta, tapi juga tidak sepi senyap seperti di Adelaide. Beberapa orang lalu lalang dengan sepedanya. Bar-bar di sudut jalan juga ramai dengan orang-orang pulang kerja. Ah, I love it. 

Kami mengetuk pintu hostel yang sudah kami pesan itu. Sang penjaga seperti baru bangun tidur dan dengan ramah mempersilahkan kami masuk. Ia membantuku mengangkat koper ke lantai dua tempat kamar kami. Penginapan yang kecil, rapi dan nuansa Jepangnya masih dapet banget. Bersih banget sudah pasti. 

Aku langsung tidur karena besok kami harus ke tempat conference pagi-pagi. Ya, kami ke sana untuk conference. Sekalian liburan tentunya!


*to be continued

Cerita Sebelumnya


Depok, 5/4/2016
Dalam rangka mengenang perjalanan setahun yang lalu


24/03/16

3 hari 2 Malam di Belitung




Sesuai dengan wish list yang udah saya tulis tahun lalu, travelling keliling Indonesia adalah salah satu keinginan ketika kembali ke tanah air ini. Saya pun udah punya list daerah-daerah yang ingin saya datengin. Walapun agak-agak galau juga karena biaya yang dikeluarkan untuk jalan-jalan di sekitar Indonesia hampir sama kaya jalan-jalan ke luar negeri ke negeri tetangga. Tapi, pengen juga kan jalan-jalan di sekitar Indonesia, biar kalo ditanya sama teman dari luar, jadi udah pernah, hahaha alasan yang sungguh logis.

Belitung ternyata menjadi tujuan utama perjalanan keliling Indonesia tahun ini ("keliling Indonesia tahun ini" ngimpi dulu yak haha amiiiinnnn). Setelah membeli tiket akhir Desember lalu, saya pun langsung cus ke blognya sahabat sehati serandom @indyamitha untuk melihat itinerary Belitung trip yang pernah dibuatnya. Karena males nyari-nyari lagi, akhirnya saya pakai sewa mobil dan hotel yang sama dengan Indy. Berhubung dia pergi tahun 2014, jadi harga-harganya udah pada naik sedikit. Oh ya, saya pergi dengan tiga orang teman ke Belitung ini, jadi biaya untuk share sewa kapal dan mobil bisa lebih murah dibandingkan jika cuma pergi hanya berdua seperti yang Indy lakukan *apasih*. 

Kami berangkat hari Sabtu pagi dan sampai di Belitung pukul setengah 1 siang. Sampai di sana kami langsung makan mie atep yang lokasinya masih dekat dengan hotel. Setelah itu, langsung cus ke Manggar ke kotanya Laskar Pelangi, sejauh 80 km dari kota, perjalanan kira-kira 1.5 jam. 

Tujuan pertama di Manggar adalah SD Muhammadiah Gantong, kemudian ke Museum Kata, rumahnya Andrea Hirata, lalu melihat kampung Ahok, Ke Klenteng, Pantai nyiur Melambai, dan terakhir makan seafood di pantai Serdang.


Hari kedua, kami meninggalkan hotel pukul 7.30, langsung menuju pantai untuk menyebrang ke pulau-pulau, pulau yang kami kunjungi: pulau lengkuas, di sini kami naik ke manara setinggi 18 lantai, pemandangan dari atas bagus banget. Ada banyak pulau kecil-kecil lain yang kami kunjungi, seperti pulau Pasir, pulau Kelayang, pulau tempat shooting laskar pelangi, biasanya sang Guide udah paham ke pulau mana aja yang dikunjungin, pulau yang paling bagus untuk ambil gambar adalah pulau Pasir!. 


Hari ketiga, pagi, kami mengunjungi danau Kaolin, rumah adat dan sambil menunggu waktu ke airport kami minum kopi di kedai kopi yang ke arah Bandara. Kami pun take off jam 12 siang dari Belitung menuju Jakarta. 

Biaya yang dikeluarkan kurang lebih:

Tiket Jakarta-Belitung PP 1 jt 
Penginapan 2 malam 300 rb 
Sewa mobil dihitungnya 2 hari, per hari 550 rb, jadi 1.1 jt 
Sewa kapal 550 rb
sewa alat snorkeling 40 rb 
Sisanya untuk makan dan ngasih tip untuk driver seikhlasnya dan sesuai kemampuan masing-masing. 

Tips ke Belitung: 
Jangan lupa bawa topi dan baju renang atau baju untuk basah-basahan
Bawa tongsis
tetap selalu hati-hati karena banyak batu-batu, karang, dan pas lagi naik ke menara sejauh 18 tingkat pelan-pelan aja pas naik dan turunnya. 
Cobain kopi dan pisang gorengnya, mpek-mpeknya juga enak, seafoodnya juga. 
Serta tak lupa untuk selalu berdoa di mana pun kita berada. 
Untuk yang mau tanya kontak sewa mobil di Belitung bisa email aja ya ke ashry.novia@yahoo.com. 

Please kindly check my instagram account @ashryfajry for more photos with hashtag #belitungtrip. 

Thanks for reading and happy travelling!

Ashry 

15/02/16

Another sweet farewell

Ugh akhirnya mau nulis tentang ini juga. Kyaaa kyaaa kyaaa... udah mampet kan ya air matanya. *siapin tissu 2 ball*

Sebulan sebelum hari sakral itu tiba, aku tinggal sekamar dengan Riri. Jadi di rumah bertiga, mbak Fira, aku dan Riri. Seneng sih, seneng banget. Selain bayar sewa kamarnya jadi lebih murah, jadi ga punya banyak waktu untuk galau. Haha. Hari-hari pun kita habiskan dengan sangat berkualitas, penuh dengan rencana ini itu untuk menghabiskan waktu di Adelaide dengan sangat menyenangkan!

Sebulan itu, mbak Fira juga selalu nyediain waktu untuk nemenin nyobain cafe atau resto mana lagi yang mau aku coba. Uuuuh so sweet. Jadi tinggal ngabarin aja sorenya, nanti malam kita akan dinner atau have some coffee di mana, aseeek. Padahal mbak Fira sibuknya kaya apa yaaa.

Jadilah sebulan itu aku puas-puasin nyoba-nyobain kafe-kafe cantik di sudut Adelaide. Dan juga tempat-tempat yang penasaran aku kunjungin seperti Adelaide Gaol, peternakan di Handorf, taman bunga canola, dan beberapa tempat lagi . Ya nggak banyak banget juga sih, tapi cukup lumayan banget~apasih. Alhamdulillah, bersyukur ~random.

Akhirnya, hari (yang tidak begitu dinanti) itu pun tiba. Malam sebelumnya aku sudah mengontak mas Fikri dan Syami untuk minta diantarkan ke airport. Jadi pagi itu mas fikri dan syami udah siap mengantar dengan mobilnya. Dan aku  masih sibuk bongkar pasang koper, ternyata timbangan sebelumnya nggak pas. Jadi aku harus masih ngeluarin banyak barang. Haduh haduh mak. Tapi akhirnya setelah diatur-atur akhirnya bisa juga.


Lalu kami pun berangkat ke airport. Dari rumah yang berangkat: aku, riri, syami, mas fikri, mba fira dan koko. Ternyata pas sampai airport ada Inda dan sang suami si Aria yang juga datang untuk mengantar. Dan nggak lama kemudian ka Manda, mas dani dan mba Ririn juga datang. Oh ya ada ratih juga.

Hiks hiks hiks


Mereka masih pada ngasih kado.
Aku sibuk nyelip-nyelipin kadonya di tas.
Kami foto-foto.
Aku mulai check in.
Agak lama karena harus bongkar koper lagi. Mereka menunggu.
Aku kembali ke mereka.
Aku salamin dan peluk mereka.
Bilang terima kasih.
Bilang maaf.
Bilang sampai jumpa. 
Inda, aria, ratih

Ka manda

Mba ririn mas dani

Hiks

Koko

...

dan terakhir, 

Mbak Fira


Kami berpelukan erat, lama, lama sekali. Tak banyak berkata. Hanya saling memeluk. Erat.




Dan akhirnya...
aku pun melambaikan tangan ke mereka.
Sampai jumpa kawan-kawan.
Sampai jumpa.

Di pertengahan musim dingin 2015, aku meninggalkan Adelaide.
Semoga di suatu musim yang random aku bisa kembali lagi. Amin





~

Ternyata belom mampet juga air matanya ketika mengingatnya.

Depok, 16 Februari 2016 (Sudah 6 bulan yaa)

01/02/16

Jumlah saldo

Waktu itu pukul 3 dini hari waktu Adelaide. Aku harus siap-siap menuju airport karena mengejar penerbangan pukul 6 pagi. Sembari beres-beres menunggu taksi yang datang, aku menransfer uang ke rekening riri karena semalam aku meminjam uangnya. Langsung deh aku transfer lewat internet banking. Dan bukti transfer segera aku kirim ke Riri. Bukti transfer hanya screenshot di hp, sebelumnya aku edit dulu untuk menutupi jumlah saldo tabungan yang muncul. Udah deh ya beres. Aku cus ke airport. Sesampainya di airport ada pesan dari riri:

mbak, kok yang dicoret malah jumlah uang yang ditransfer bukan saldonya~

Untung cuman ke Riri. lol.

Depok, 1/2/2016

22/01/16

Cerita Umrah

Sejak pulang umrah, banyak sekali teman atau kerabat yang menanyakan bagaimana pengalaman perjalanan umrohku. Karena menurut mereka biasanya ada cerita-cerita unik selama kita di sana. Jauh-jauh hari sebelum berangkat aku biasa aja, nggak terlalu mikir gimana-gimana. Bahkan umroh mau ngapain aja belum kebayang, -__-. Dan seorang teman yang tau eike  kek gimana sampai takjub pas aku bilang mau umroh dengan randomnya. 

Jadi, pergi umroh ini sudah direncanakan dari setahun yang lalu. Waktu itu secara super random, sahabatku ketika SMA, lina, tiba-tiba ngontak untuk mengajak  umroh. Dan aku pun segera mengokekan saja. Lalu aku mengajak adikku Isna untuk ikut umroh juga, berhubung biaya yang ditawarkan memang paket promo. Menurut lina, ada 20 orang yang membatalkan kepergiannya sehingga kami bisa masuk padahal sudah ditutup untuk paket yang itu. Waktu itu, aku sempat ngajak beberapa teman yang lain, tapi pada nggak bisa. Untungnya si Isna bisa, jadinya semua urusan administrasi dan pendaftaran di handle Isna dan Lina. Eike tinggal terima beres. 

Sampai di Jakarta bulan Agustus lalu, aku langsung melengkapi kekurangan berkas yaitu suntik miningitis. Dan yuk langsung cus ke Halim untuk suntik tersebut. Selebihnya cuma ngurus paspor karena harus ngambil dan ngembaliin paspor berhubung bulan Oktober ada acara di Sinjepo *aseik. hahhaha. Lebih dari itu aku ga ngurus apa-apa. Cuma nyiapin baju dan peralatan yang akan dibawa ke sana. Pas manasik aja hampir lupa, tiba-tiba di suatu subuh di weekend yang indah, ketika mau tiduran lagi, Isna udah rapih banget pake baju putih-putih. Katanya mau manasik dan eike pun segera sigap ganti baju untuk ikut manasik juga *lol. 

Hingga akhirnya hari itu tiba, ketika aku udah mulai cuti dan mesti menyiapkan keberangkatan besok. Rasanya nggak karuan sama ketika mau pergi ke Os 2 tahun lalu. Halah lebay. Tapi iyak bener dah rasanya kaya mau pergi jauuuh dan lama banget. Sampai akhirnya di antar ayah, mama, zidan dan tria ke airport dan perjalanan umroh pun di mulai. 

Satu kata, Masha Allah. 

Terlepas dari yang ga enaknya, seperti sempat dioper bus dan kamar, perjalanan kemarin memberikan banyak kesan dan pelajaran baik untukku. 

Waktu itu satu minggu sebelum berangkat, seorang teman di kantor, Subhan, ngasih banyak pesen-pesen untukku. Berhubung dia juga mau umroh, dan ini umroh kedua kalinya. Pas itu aku baru benar-benar sadar, kalau aku harus membulatkan dan meluruskan niat bahwa aku ke sana untuk ibadah dan banyak-banyak baca doa. 

Subhan bilang, ketika kita mengganti pakaian kita untuk umroh, biasanya kita mulai merasa ada beberapa godaan. Dan waktu itu, ketika pas banget abis niat umroh, sepatuku hilang, di sana aku mau nangis karena bingung, ga sempet mikir untuk beli sendal. Bener-bener cuma sedih dan bingung. Eh gak taunya di depan masjid ada tukang sendal. Langsung deh aku cus beli sendal jepit yang agak kegedean. Selama di mekah 5 harian aku pake tuh sendal jepit bolak balik masjidil haram hotel. Ga papa licin dan kegedean, lumayan nyaman juga. Daaan kemudian, pas aku abis tawaf wada, tawaf perpisahan dengan ka'bah, menandakan kita akan meninggalkan Mekah dan kita ga boleh nengok-nengok lagi liat ka'bahnya, tiba-tiba ada seorang kakek ngajak tukeran sendal aku. ya Allah ada aja. Dan sendalnya itu pas banget di kakiku. 

Cerita unik lain yaitu ketika aku sedih pas lagi tawaf karena kepisah sama si adik dan si teman, tiba-tiba ada nenek meganing lenganku, dan dia senyum. Aku terharu banget pas adegan ini. Kaya tiba-tiba ada teman padahal tadinya sedih dan bingung. 


Entah cerita itu ada maksudnya atau tidak, dua cerita itu merupakan certita unik yang aku dapat selama umroh kemarin. Tentang kerandoman Lina mengajakku padahal kami jarang ketemu, jarang kontak, dan aku pun ada jauh banget ga di Indonesia juga merupakan cerita unik umroh kemarin. Semoga perjalanan kemarin memang benar-benar takdir baik yang sudah digariskan Allah SWT, semoga benar-benar diundang, dan semoga akan ada undangan-undangan berikutnya, sema seperti doa yang selalu aku selipkan selama di sana dan di salah satu sujudku ketika aku mencium ka'bah. amin ya Rabb. 

Sebelumnya aku juga sempat bimbang mau umrah dulu atau daftar haji, tapi setelah umrah kemarin menurutku memang lebih baik kita umrah dulu, selain karena memang nikmat sekali ibadah langsung di tanah suci, kita jadi bisa belajar dulu untuk haji nanti. Aku berdoa semoga teman-teman dan kerabat yang belum ke sana dan ingin sekali ke sana bisa segera ke sana juga, aminnn. Oya, akan lebih baik jika kita bisa nemenin kedua orang tua kita untuk ibadah di sana...Aku sendiri sedih karena nggak bisa pergi bareng ketika ayah dan mamaku umroh lebih dulu setahun yang lalu. Semoga lain waktu bisa ke sana bersama-sama, amiiiinnnnn. 


 



Depok, 22 Januari 2015. 

15/01/16

Balon Doraemon

Waktu itu aku dan adikku, Isna, baru saja dibelikan balon doraemon. Aku yang doraemon, berwarna biru. Adikku yang adiknya doraemon, Dorami berwarna kuning. Seneng banget deh kami mainin balon itu. Teruuus aku perhatiin kok balon adikku lama-lama kaya nunduk gitu. Dan lama-lama kaya kempes. Aku tanya adikku kok balonnya jadi gitu, abis diapain balonnya? Dengan santainya adikku bilang: Abis aku potongin kukunya ~


08/01/16

Umrah barakah


Lagi-lagi kita hanya manusia biasa yang tak punya kuasa kemana kaki ini akan melangkah. Sungguh tidak pernah terbayangkan dalam pikiranku kapan kaki ini akan melangkah menginjakkan tanah suci untuk pertama kalinya.

Pukul 12 malam kami berjajar melangkahkan kaki menuju masjidil haram. Di malam pergantian tahun ketika seribu kembang api dinyalakan di berbagai sudut dunia. Di malam jumat yang penuh barakah, untuk pertama kalinya aku melihat Kabah dihadapanku. Bergetar merasakan keagunganMu, bersyukur atas undanganMu, memohon ampunan, berterima kasih atas semua limpahan rezeki dan kasih sayangMu sampai saat ini dan memohon beribu permintaan dan keridhaan dari Mu untuk rencana di tahun-tahun mendatang.


Semoga sejauh apapun perjalanan, selalu bisa kembali pulang ke rumahMu, dan semoga sejauh apapun kaki ini melangkah akan bermuara ke SurgaMu, amin ya Rabbal alamin.


Jakarta, 8 Januari 2015.