Pages

24/05/12

7. Sehari di Hatyai nan Damai



Perjalanan ini merupakan perjalanan pertama bagi kami bertiga ke Kuala Lumpur dan Hat Yai. Setelah mengumpulkan banyak informasi dari berbagai blog, kami tetap ingin mencoba perjalanan ini, ke Hat Yai melalui jalur darat, setelah malam sebelumnya pun juga sama. Dari Singapura ke Kuala Lumpur dengan kereta. Hat Yai merupakan nama kota yang terletak di Thailand bagian selatan terletak di dekat perbatasan Malaysia. Dengan memiliki jumlah penduduk sebanyak 155.805 jiwa (2005) di daerah kota dan di daerah metropolitan berjumlah 700.000 jiwa, terletak di Provinsi Songkhla (http://id.wikipedia.org/wiki/Hat_Yai diakses tanggal 27 april 2012).
Begitu sampai di KL Sentral, kami langsung mencari shower room dan loker untuk menitipkan barang bawaan kami. Karena kami rasa, agak sedikit kewalahan membawa ransel yang tidak ringan ini sampai ke Hat Yai nanti. Kami berjalan menuju loket penjualan tiket. Dan ternyata kami kehabisan tiket kereta Kuala Lumpur Hatyai dai KL Sentral. Namun kami tak patah semangat. Kami mencari tiket ke Hat Yai dari terminal Pudu Raya. Terminal Pudu Raya tidak begitu jauh dari KL Sentral, hanya perlu naik LRT seharga 1 RM, turun di pasar seni kemudian berjalan kaki. Harga tiket di bis memang sedikit lebih mahal dibandingkan dengan tiket kereta. Tiket kereta seharga 35 RM sedangkan bis 50 RM. Jadwal keberangkatan bis yaitu pukul 10.15 malam. Setelah cukup tenang karena mendapatkan tiket bis nanti malam, kami melanjutkan perjalanan ke menara petronas untuk mengisi waktu sampai malam keberangkatan bis malam nanti.

***

Kami berhenti di pemberhentian bis kedua, setelah yang pertama kami melewatinya. Saya terbangun sebenarnya saat bis berhenti pertama kalinya. Tapi,  kantuk yang tak tertahankan membuat saya malas untuk sekedar menggerakkan tubuh. Sekali saya menoleh ke kursi sebelah, Emy dan Indy tidur dengan lelap.  Sedikit ada rasa takut menggelayut karena kedua teman saya tertidur,  daripada tidak tidur hanya bengong-bengong dan malah bikin galau, saya pun tidur lagi.  
Di pemberhentian kedua ini kami duduk-duduk di kursi. Banyak orang mengantre di loket penukaran uang. Saya dan Emy sudah siap-siap ambil air wudhu agar nanti di bis bisa melaksanakan sholat subuh. Jam sudah menunjuk pukul setengah lima, tapi kami tidak yakin itu sudah masuk waktu subuh. Jadi kami tidak sholat di mushola yang tersedia di pemberhentian tersebut, lagipula kami takut ketinggalan rombongan. Bis berhenti agak lama. Emy yang agak sigap kesana kemari beberapa kali bertanya dengan penumpang lainnya. Satu hal yang kami agak cemas, paspor kami diminta  saat turun bis tadi oleh abang kondektur bis. Ternyata paspor dikembalikan kemudian dengan sudah diselipkan lembar imigrasi dan sudah diisi pula sebagian datanya.
Tak lama kemudian bis berjalan melanjutkan perjalanan. Kemudian kami tiba di imigrasi. Ketika berbaris rapi mengantre di loket imigrasi, sepasang anak muda asal Malaysia mengajak kami mengobrol. Mereka ingin liburan 2 hari di Thailand. Ternyata bukan bahasa Inggris saja yang sulit dimengerti, di mana saya sering meminta lawan bicara mengulang ucapannya. Dengan bahasa melayu pun demikian. Sang pria menanyakan apakah saya sedang belajar di Malaysia. Berkali-kali saya memastikan, apa? Belanja? Hah? Kemudian menjadi jelas setelah mereka menyebut kata study. Hooooo. Saya bilang sudah kerja, dan mereka sedikit terkejut mengetahui umur saya lebih tua 2 tahun dari mereka. 
Sedangkan Emy di depan saya sibuk bercakap-cakap dengan seorang bule yang   belakangan saya ketahui namanya Ashton dan ternyata bukan bule. Bahasa inggrisnya sangat lancar dan aksennya jauh dari aksen melayu. Secara fisik mirip bule, tapi kalau Emy dan Indy bilang seperti India yang berkulit putih. Ternyata dia adalah orang Malaysia yang tinggal di Australia. Kami masuk bis kembali, Emy dan Ashton masih bercakap-cakap
Emy membangunkan saya, ternyata sudah sampai di tujuan. Kami bersiap turun dari bis. Ashton sedikit berpesan kepada Emy, entah apa. Ternyata Ashton bilang just ignore the people. Kami disarankan untuk segera masuk ke Davis Travel dan membeli tiket bis kembali ke Kuala Lumpur untuk malam ini. Emy berpesan kepada saya dan Indy: “jangan pada bengong-bengong ya, langsung masuk ke travel itu”. Saya dan Indy pun mengangguk sambil menyetel muka tidak bengong.




Sampai di travel kami langsung memesan tiket kembali ke Kuala Lumpur seharga 400 bath atau 40 ringgit. Travel ini juga menerima pembayaran dalam bentuk ringgit. Kami membayar 50 ringgit kemudian dikembalikan 100 bath. Alhamdulillah, itung-itung nambah bekal kami yang hanya sedikit. Dengan percaya diri yang tinggi kami hanya membawa 300 bath dari Kuala Lumpur, atau sekitar 90 ribu kalau dirupiahkan.  
Kemudahan berikutnya datang, ternyata di travel ini tersedia kamar mandi untuk mandi. Setelah bertanya kepada seorang eceu di travel itu, dia mempersilahkan, you can take a shower at our office. Kami bertiga langsung mandi bergantian.  Untungnya seorang eceu di travel ini sedikit-sedikit bisa bahasa inggris, ya hanya sedikit kosa kata yang ia ketahui. Dua Eceu lainnya tidak bisa.  Mereka pun sangat ramah kepada para pengguna travel. Kami pun memanfaatkannya dengan mandi, isi botol minum, bikin susu, dan numpang duduk-duduk sambil nonton tv.
Setelah rapi berdandan tujuan kami adalah mencari mini market untuk sekedar mencari air mineral dan ada satu barang yang Indy butuhkan. Kami melewati pasar tradisional yang menjual beraneka ragam barang. Dan untungnya mini market yang kami cari ada di situ. Setelah membeli barang yang kami cari, saya dan Indy keluar duluan. Emy masih di dalam, entah apa lagi yang dicarinya. Tak lama kemudian kami dipanggil Emy dari dalam, WOY! MASUK!. Kami pun masuk lagi ke dalam mini market. Ternyata Emy habis bertanya kepada akang penjaga kasir berapa harga air panas, dan si akang bilang free, sebuah kata yang membuat hati kami berbunga-bunga. Kami  langsung mengeluarkan bekal pop mie dari dalam tas. Bahkan saya bikin 2 karena pop mie yang saya bawa ukuran mini. Dengan apik dan cantik kami menyeduh pop mie kemudian lenggang kangkung keluar mini market.
Berikutnya kami mencari tempat yang nyaman untuk menghabiskan makanan ini. Dan kami pun menemukan emperan toko yang belum buka. Baiklah, di sini tempatnya. 

Setelah pop mie habis kami kembali ke travel karena masih belum tahu tujuan. Sebenarnya mau seharian di travel ini nggak apa-apa sambil nunggu bis kembali ke KL nanti malam, numpang tidur guling-guling juga nggak masalah. Yang penting kan sudah sampai Thailand. Sudah ada stempel Negara Thailand mewarnai paspor kami. Tapi kami nggak mau demikian. Walaupun hanya sehari di Hatya, kami ingin memaksimalkannya dengan foto-foto sebanyak mungkin, biar gayak.
Setelah duduk di travel sebentar, kami beranjak lagi untuk mencari tuctuc. Kami berniat menyewa tuctuc seharian biar nggak repot. Tuctuc merupakan kendaraan umum yang banyak ditemui di Thailand. Bentuknya seperti bemo di Jakarta. Akirnya kami bertemu dengan abang tukang tuctuc yang lewat. Di sini komunikasi mulai tersendat. Si abang nggak bisa bahasa inggris dan membaca tulisan latin. Kami juga nggak bisa bahasa Arab, Spanyol dan Perancis. Dan kami tetap mengusahakan menggunakan bahasa inggris seadanya sesederhana mungkin agar si abang paham, karena emang juga bisanya bahasa inggris level pre basic. Dan si abang hanya melongo dan sedikit-sedikit membalas dengan bahasa Thailand. Akhirnya ada seseorang yang berdiri di dekat tuctuc membantu kami. Orang tersebut bisa sedikit bahasa Melayu, Inggris dan Thailand. Sehingga ia bisa kami jadikan mediator. Kami juga menggunakan alat tulis, pensil dan kertas untuk memperjelas maksud kami. Akhirnya deal juga dengan harga sewa yang disepakati dan 3 tujuan wisata. Tuctuc berjalan.
Tujuan utama kami adalah patung budha tidur. Letaknya tidak begitu jauh. Hanya sebentar perjalanan kami sudah sampai tujuan. Seperti biasa, begitu sampai kami langsung foto-foto. Sedang asik foto-foto tiba-tiba bunyi suara ledakan membahana. Kami sebenarnya ingin langsung naik ke tuctuc dan menyuruh abang tuctuc ngebut seperti iklan motor komeng meninggalkan area ini. Tapi orang-orang lain stay calm tenang-tenang saja. Menganggap bunyi ledakan barusan sudah mahfum dan biasa. Kami pun ikutan stay cool  dan mulai beradaptasi dengan hal tersebut. Kami melanjutkan lagi foto-foto. Sang abang tuctuc berinisiatif membantu kami mengambil gambar karena mungkin kasihan melihat kami sibuk mengatur kamera agar bisa foro bertiga. Yah walaupun hasilnya nggak bagus-bagus banget kami menghargai sifat mulia abang tuctuc.










Tak lama kemudian ada lagi bunyi petasan membahana di area tersebut. Kami mulai merasa tak nyaman, kemudian kami benar-benar ingin meninggalkan tempat itu. Setelah foto di tuktuk, kami pun melanjutkan perjalanan ke tempat berikutnya. Tujuan kami berikutnya yaitu Mermaid Beach. Pantai yang ditepinya terdapat patung puteri duyung. Ternyata lokasinya lumayan jauh, jauh banget. Alamakjan...
Beberapa jam kemudian tiba juga di pantai yang termahsyur itu. Hamparan laut dengan ombak yang sedang-sedang saja terbentang di hadapan kami. Pantainya tidak terlalu ramai. Hanya saja banyak yang mengantri untuk foto di patung putri  duyung yang berdiri kokoh di tepi pantai itu. 









Kami pun ikut mengantre dengan sigap agar bisa foto dengan sang putrid duyung. Setelah beberapa kalai take, dan mendapat gambar yang kami rasa bagus kami pun menjauhi patung tersebut untuk mencari tempat yang lebih sepi. Setelah mendapat tempat yang pas untuk foto-foto, kami pun mulai berfoto dengan berbagai gaya. 

Ya benar, berbagai gaya. Beberapa orang yang duduk-duduk tersenyum-senyum simpul memperhatikan kami bertiga yang hoboh sendiri. 

Setelah kelelahan karena beberapa kali kami mengambil foto loncat, kami pun berniat menyudahi saja sesi foto-foto tersebut. Kami berjalan menuju tuctuc yang setia menunggu. Si abang sedang asik ngobrol dengan salah seorang di sana. Kami menggambar masjid dan menirukan gaya sholat kepada abang tuktuk, dan dia paham kalau kami minta diantarkan ke masjid. Si abang bertanya kepada beberapa orang di dekat sana di mana letak masjid terdekat. Akhirnya kami diantarkan ke masjid terdekat. Saat kami sholat juga terdapat rombongan keluarga yang sepertinya berasal dari Malaysia yang juga melancong ke Hatyai.
Si indy yang sedang tidak sholat asik mengobrol dengan abang tuctuc ketika saya dan Emy kembali dari Masjid. Entah apa yang mereka bicarakan terlihat seru sekali, entah menggunakan bahasa apa. Kami pun melanjutkan perjalanan.
Ternyata jalan yang kami tempuh cukup jauh. Jalanan seperti jalan tol di Jakarta, dan saya tidak menemukan tuctuc di jalan itu kecuali tuctuc yang kami tumpangi. Mulailah kami bercerita yang aneh-aneh. “Sepi banget ya....”Ucap saya mulai waswas.
“Iya di sini kan kata di buku, banyak terjadi tindak kriminal dan penembakan.” Ucap Indy
Bulu kuduk saya merinding. Saya pun cepat-cepat membuka buku yang Indy bawa untuk mencari informasi mengenai kota ini. Benar saja, di buku itu dideskripsikan demikian. Saya mulai menenangkan diri dan berpikir positif saja.
“Tadi abangnya juga bulang, baru aja ada bom”
 “Heeeeee? Serius?”
“Iya tadi bilang, hatyai... boooom.. hat yai... boom...” Ucap Indy menirukan gaya si abang tuctuc.
Dan kemudian mobil ambulance lewat menyalip tuctuc kami. Dan kami pun hanya berpandang-pandangan dengan berusaha berpositif thinking dan banyak-banyak berdoa. Di situ minat untuk mengunjungi satu tempat wisata lagi sudah menurun. Rasanya pengen cepet-cepet kembali ke hotel, ngga nginp di hotel juga padahal. Di tengah perjalanan si abang menghentikan tuktuknya. Ia ingin membeli air minum. Sang abang ternyata baik banget, kami bertiga dibelikan sebotol air mineral masing-masing. Botolnya unik, seperti botol infus. Tadinya kami sempat ragu, air apaan inih.
Ternyata jalan yang kami lalui di blok tidak bisa lewat karena ada suatu insiden yang kami belum tahu. Kalau dari dugaan sementara sepertinya bom. Kemudian sang abang menjadikan alasan tersebut untuk tidak mengantarkan kami ke tujuan wisata berikutnya. Bisa banget ni si abang nyari alesan. Yasudahlah, hari juga semakin sore dan kami sudah tidak semangat lagi untuk jalan-jalan. Sang abang mengantarkan kami kembali ke Davis travel. Setelah membayar, kami turun tuctuc dan masuk ke travel.  Di dalam travel kami baru menyadari ternyata handuknya Indy ketinggalan di tuctuc. Tadi kami memang sengaja menjemur handuk kami di tuktuk agar kering.
Emy bertanya kepada Mr. Davis sang pemilik travel mengenai insiden yang baru saja terjadi. Di televisi juga ditayangkan tayangan langsung berita mengenai insiden tersebut. Banyak korban yang dilarikan ke rumah sakit dan orang-orang terlihat panik. Tapi karena bahasanya kami tidak paham, jadi kami belum tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dari penjelasan Mr. Davis kami akhirnya mengetahui bahwa insiden tersebut  adalah terjadi  ledakan kompor gas di sebuah restoran cepat saji yang letaknya tidak jauh dari travel tersebut. Mr. Davis pun sibuk mengabarkan koleganya di Malaysia memberikan penjelasan bahwa yang baru saja terjadi adalah kecelekaan bukan bom atau terorisme. Kami sedikit tenang.
Sambil menunggu waktu keberangkatan ke Kuala Lumpur yang masih beberapa jam. Kami lakukan dengan, mengumpulkan uang sisa-sisa bath yang ternyata udah nggak ada sisanya sama sekali. Akhirnya kami menukarkan lagi beberapa bath untuk membeli sekedar kenang-kenangan dari Thailand. Kami membeli dompet-dompetan. Setelah itu kami sibuk membuat video sendiri dengan HP Indy, bercerita pengalaman seharian ini di Hatyai. Lumayan bikin ketawa-ketawa. Bisnya sudah datang tapi masih belum berangkat. Beberapa lama kemudian ada seseorang yang masuk ke travel tersebut dan menyapa Emy, ternyata Ashton. Wow, sayang sekali dia datang di waktu yang kurang tepat, kami harus segera kembali ke Kuala Lumpur. Pede banget dicariin Ashton, orang dia mau beli tiket ke Phuket.
Bis berangkat juga ke Kuala Lumpur pada pukul 19.00 waktu Thailand. Kami pun bermalam di bis, tidur dengan nyenyak sekali.


“Travel is more than the seeing of sights; it is a change that goes on, deep and permanent, in the ideas of living.” – Miriam Beard

3 komentar:

  1. onengggggg, gue belum copy2 semua foto-foto di kamera canggih dan kamera berkaret lo nih... kapan yaaah kita ketemuan??

    BalasHapus
  2. kalo boleh tau, untuk sewa tuktuk ke tiga tujuan itu berapa baht ya? berarti 1 tuktuk penumpangnya cuma kalian bertiga aja ya?
    makasih..

    BalasHapus
  3. iya kita jd nyewa 1 tuktuk, tawar menawar jdnya 900 bath, 1 orang 300 bath...

    BalasHapus