Image by Congerdesign from Pixabay |
Di suatu sore ada pesan masuk dari adikku Isna yang menanyakan apakah aku pulang ke rumah hari ini. Saat itu aku masih ngontrak di deket kantor. Aku bilang kayaknya nggak jadi pulang. Tapi adikku kekeuh, ayolah kak pulang, kita makan bareng di mall deket rumah. Rasanya saat itu males banget. Sejak ngontrak deket kantor, aku udah jarang banget untuk jalan-jalan sepulang kerja. Entah kenapa, rasanya pulang kerja itu pengen cepet di rumah aja, ngerjain ini itu atau istirahat. Karena biasanya kalo malemnya jalan, aku udah nggak fokus, hahaha balada morning person juga. Dan besok paginya moodnya suka nggak bagus kalo tidurnya nggak cukup. Dan itu suka mempengaruhi aktifitasku seharian. Tapi kali itu aku menyanggupi juga ajakan adikku. Dia ngajak makan di luar, dengan calon adik iparku juga, Agung. Jadi saat itu mereka memang sedang sibuk mempersiapakan pernikahannya. Ngomong-ngomong tentang pernikahan sang adik, saat itu aku sudah lumayan siap untuk mempersilahkan mereka menikah duluan. Memang di budaya kita sedikit nggak umum kalau adik menikah duluan dari sang kakak. Aku pun dulu juga mikirnya, aku dulu yang nikah hahahaha. Apalagi orang tuaku, mereka berharap besar kalau aku yang menikah duluan.
Tapi, seiring berjalannya waktu, ternyata takdir yang mempertemukan adikku dulu dengan jodohnya. Aku pun menerima. Aku sudah banyak melihat di sekitarku juga yang adiknya menikah duluan. Aku juga sempet tanya sama Indy dulu, gimana rasanya kalo adik kita menikah duluan. Indy bilang biasa aja nggak sedih, haaha. Yaudah aku pun menerimanya biasa aja. Aku nggak kaya Cincia yang langsung buru-buru cari pacar yang mau dijadikan suami dalam waktu singkat hahahha. Eh enggak deng, aku juga sempet agak kaget, tapi untungnya cuma sebentar. Kagetnya juga rasanya campur-campur, karena aku juga bahagia, aku juga pernah berdoa supaya adikku segera bertemu dengan jodohnya, berarti doaku terwujud juga. Anyway, balik lagi ke acara makan malam itu. Aku kira cuma makan malam biasa, aku makan ramen waktu itu sambil ngobrol-ngobrol sama adikku, Agung belum datang. Ketika Agung datang ternyata ada pembicaraan serius yang ia utarakan. Disitulah aku terharu. Dia minta izin untuk menikah dengan adikku, di situ ia seperti melamarku untuk menjadi kakak iparnya, ia memberikan sebuah kalung dan kado untukku. Aku terenyuh. Aku nggak pernah berharap apa-apa. Aku pernah dengar juga tentang pelangkah, atau hadiah untuk kakak yang dilangkahi. Kalau mereka tanya aku pasti aku akan bilang aku nggak mau minta apa-apa. Atau kalau pun akan ada hadiah aku nggak pernah menyangka caranya mereka memberikan seperti ini. Sungguh romantis :). Aku terharu, terima kasih Agung dan Isna, restuku untuk kalian tak pernah putus, doaku selalu menyertai keluarga kalian, saat ini dan seterusnya.
Sekian ceritanya, mungkin ada yang terinspirasi mau melamar calon kakak iparnya juga setelah baca ini :)
With Love,
Ashry