Halo!
Rasanya tahun 2019 ini emang cepat sekali berlalu. Namun, ada beberapa kejadian yang mau aku tulis di sini, biar aku enggak lupa, biar aku akan ingat kalau aku pernah melaluinya.
1. Akses WA dan medsos terhambat.
Waktu itu aku pulang kerja seperti biasa, mengganti akses internet di HP dari wifi kantor ke mobile data ketika aku turun ojek mau naik TransJak. Di situ aku baru ngeh, kalau akses ke WA dan medsos lagi lemot banget. Aku kira saat itu baru aja dimulai ada pembatasan akses, ternyata besoknya aku baru tahu dari teman seruanganku yang seharian pakai mobile data emang dari pagi udah nggak bisa akses. Kalau teman-teman mau lihat beritanya bisa ditelusur di google dengan kata kunci pembatasan "wa dan medsos Indonesia 2019".
2. Mati listrik
Waktu itu akhir pekan bulan Agustus. Aku terbangun dari tidur siang mendengar samar-samar tetangga bilang, "mati lampu" "sejawa bali". Aku langsung tergugah untuk bangun. Feelingku langsung berkata, mati lampunya sepertinya akan lama. Di Jakarta bisa dibilang lumayan jarang mati lampu. Saat itu ayah dan mama sedang pergi haji. Jadi di rumah cuma ada aku, adik-adik, dan Shabira. Adikku keluar rumah untuk mencari makanan. Aku bilang ke dia beli makanan untuk malam juga. Mereka pulang membawa mie instant, nasi padang, snack, dan lilin. Untungnya mereka beli lilin juga. Karena betul, sampai hari gelap, lampu belum menyala juga. Alhamdulillah, air di toren masih ada, jadi kami masih bisa mandi dan wudhu dengan lancar. Di keheningan malam yang gelap, aku pangku Shabira, aku ajak main membuat bayangan dari tangan yang dibentuk hewan-hewan. Aku berdoa semoga tidak lama mati lampunya. Alhamdulillah, lampu menyala juga sebelum kami pergi tidur. Namun, kami sempat waswas juga. Karena berita yang beredar, nanti akan mati lagi. Alhamdulillah sampai besoknya terus menyala listriknya.
3. Gempabumi
Waktu itu aku baru pakai mukena, mau mulai sholat sepulang kerja di depan kamar. Tiba-tiba adikku keluar kamar, bilang gempa! Aku merasakannya juga. Aku ke dapur mematikan kompor yang menyala lalu mengambil helm. Aku kepikiran ambil helm untuk melindungi kepala Shabira. Kami udah mau ke luar rumah semuanya. Namun kemudian gempanya berhenti, alhamdulillah. Kami menghubungi orang tua kami yang masih di tanah suci, kalau semua baik saja-saja.
4. Aksi besar
Akhir September 2019, ada aksi lumayan besar di gedung MPR/DPR. Aku sendiri nggak melihat langsung karena saat itu aku lagi nggak ke kantor pusat. Aku cuma ngikutin berita di internet. Nyimak cerita-cerita teman-teman yang bekerja di daerah Senayan tentang bagaimana mereka harus jalan jauh dan kena gas air mata. Entah kenapa, yang terlintas di kepalaku ketika pulang kerja adalah flashback saat reformasi 98. Saat itu, aku masih kelas 6 SD. Di perjalanan menuju pulang ke rumah karena sekolah dibubarkan saat belum masuk juga (mungkin sekitar jam 1 siang) (sekolahku masuk siang). Aku berjalan pulang dengan adikku. Kami berdua sebenarnya memang nggak ngerti apa yang sedang terjadi, cuma tahu ada kerusuhan di mana-mana dan udah sampai di daerah kami di Pasar Minggu. Aku hampir menitikkan air mata mengenangnya.
Sekian catatanku di awal tahun 2020 ini. Doaku, semoga tahun depan lebih tenang dan damai di mana pun kita berada. Amin
xoxo
Ashry