Di siang yang cukup terik itu, saya duduk menepi di sebuah tempat yang banyak dikunjungi wisatawan dari berbagai negara. Merlion, sebuah patung berkepala singa dengan badan seperti ikan. Namanya merupakan gabungan dari ikan duyung (mermaid) dan singa (lion). Yang saya dengar dari seorang tour guide ketika saya mengunjungi kota ini tahun 2009, merlion merupakan simbol dari negara singapura yang dulunya merupakan daerah nelayan dan di daerah ini juga banyak ditemukan singa. Dari wikipedia saya menemukan informasi bahwa Merlion dirancang oleh Fraser Brunner untuk Badan Pariwisata Singapura (STB) pada 1964 dan dipergunakan sebagai logonya hingga 1997. Perdana Menteri saat itu, Lee Kuan Yew, meresmikan upacara pemasangan Merlion di Singapura pada 15 September 1972 (http://id.wikipedia.org/wiki/Merlion).
Saya yang sudah sedikit kelelahan karena membawa ransel yang tidak ringan ini, hanya duduk memandangi orang lalu lalang di sekitar saya. Ada segerombolan pelajar yang sedang study tour. Ada seorang nenek yang sibuk mengambil gambarnya sendiri dengan background patung raksasa itu. Hingga akhirnya ia kewalahan dan mungkin tidak berhasil mengambil gambar dengan komposisi yang ia inginkan, ia meminta tolong seorang pria yang sedang berada di dekatnya untuk mengambil gambarnya. Saya kemudian sibuk menyesuaikan kamera saya, agar menghasilkan gambar yang bagus. Mencoba sesekali mengambil gambar namun sepertinya settingan kamera ini belum pas juga. Akhirnya saya pasang auto fokus sajalah daripada repot.
Beberapa langkah dari saya, seorang wanita seusia dengan saya juga sedang sibuk sendiri dengan notesnya, indyamitha. Ya, saat itu saya sedang berdua dengan sahabat saya, indy. Seperti yang pernah saya ceritakan sebelumnya, kami sering melakukan hal-hal random. Saat itu pun demikian. Di saat banyak orang mendemo kantor indy karena harga BBM yang akan naik, di saat beberapa rekan kerja saya sedang berjuang untuk tes mendapatkan beasiswa master. Saya dan indy duduk nyaman di tepi danau sunyi, dengan berbagai macam orang lalu lalang. Di negeri yang saya dan indy belum begitu paham bagaimana medannya.
Beberapa langkah dari saya, seorang wanita seusia dengan saya juga sedang sibuk sendiri dengan notesnya, indyamitha. Ya, saat itu saya sedang berdua dengan sahabat saya, indy. Seperti yang pernah saya ceritakan sebelumnya, kami sering melakukan hal-hal random. Saat itu pun demikian. Di saat banyak orang mendemo kantor indy karena harga BBM yang akan naik, di saat beberapa rekan kerja saya sedang berjuang untuk tes mendapatkan beasiswa master. Saya dan indy duduk nyaman di tepi danau sunyi, dengan berbagai macam orang lalu lalang. Di negeri yang saya dan indy belum begitu paham bagaimana medannya.
bobok di kursi changi airport |
Setelah kembali dari toilet, indy mengajak saya ke toilet lagi untuk cuci muka dan membenahi diri kami. Setelah ke toilet, kami mencari prayer room sambil menunggu waktu subuh. Ternyata saat itu di prayer room sedang ada rombongan umroh dari Indonesia yang sedang transit. Saya sempat bertegur sapa dengan jamaah Indonesia yang berasal dari pekalongan itu. Sempat terlintas juga dibenak saya, kapan kah saya bisa seperti mereka. Pergi umroh atau naik haji. Terucap juga seutas doa, semoga dalam waktu yang dekat, amin. Suhu di prayer room sedikit hangat, mungkin karena banyak orang. Kalau saja di tembok tidak ada tulisan dilarang tidur dan makan, mungkin kami sudah tidur sampai pagi di sana. Setelah sholat subuh, saya dan indy menunggu beberapa saat untuk mengisi baterai handphone kami sebelum melanjutkan perjalanan. Memulai perjalanan tepatnya.
****
*bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar