Pages

08/04/12

1. Merlion: awal perjalanan singkat ke tiga negara: bagian pertama


Di siang yang cukup terik itu, saya duduk menepi di sebuah tempat yang banyak dikunjungi wisatawan dari berbagai negara. Merlion, sebuah patung  berkepala singa dengan badan seperti ikan. Namanya merupakan gabungan dari ikan duyung (mermaid) dan singa (lion). Yang saya dengar dari  seorang tour guide ketika saya mengunjungi kota ini tahun 2009, merlion merupakan simbol dari negara singapura yang dulunya merupakan daerah nelayan dan di daerah ini juga banyak ditemukan singa. Dari wikipedia saya menemukan informasi bahwa Merlion dirancang oleh Fraser Brunner untuk Badan Pariwisata Singapura (STB) pada 1964 dan dipergunakan sebagai logonya hingga 1997. Perdana Menteri saat itu, Lee Kuan Yew, meresmikan upacara pemasangan Merlion di Singapura pada 15 September 1972  (http://id.wikipedia.org/wiki/Merlion).  


Saya yang sudah sedikit kelelahan karena membawa ransel yang tidak ringan ini, hanya duduk memandangi orang lalu lalang di sekitar saya. Ada segerombolan pelajar yang sedang study tour. Ada seorang nenek yang sibuk mengambil gambarnya sendiri dengan background patung raksasa  itu. Hingga akhirnya ia kewalahan dan mungkin tidak berhasil mengambil gambar dengan komposisi yang ia inginkan, ia meminta tolong seorang pria yang sedang berada di dekatnya untuk mengambil gambarnya. Saya kemudian sibuk menyesuaikan kamera saya, agar menghasilkan gambar yang bagus. Mencoba sesekali mengambil gambar namun sepertinya settingan kamera ini belum pas juga. Akhirnya saya pasang auto fokus sajalah daripada repot. 


Beberapa langkah dari saya, seorang wanita seusia dengan saya juga sedang sibuk sendiri dengan notesnya, indyamitha. Ya, saat itu saya sedang berdua dengan sahabat saya, indy. Seperti yang pernah saya ceritakan sebelumnya, kami sering melakukan hal-hal random. Saat itu pun demikian. Di saat banyak orang mendemo kantor indy karena harga BBM yang akan naik, di saat beberapa rekan kerja saya sedang berjuang untuk tes mendapatkan beasiswa master. Saya dan indy duduk nyaman di tepi danau sunyi, dengan berbagai macam orang lalu lalang. Di negeri yang saya dan indy belum begitu paham bagaimana medannya. 

bobok di kursi changi airport
Kami menginjakkan kaki di singapura pada rabu malam, kira-kira pukul 23.00. Hari sudah sangat larut, kami tidak berani keluar untuk mencari taksi. Kami pun menginap di bandara. Random, ya kami sangat random. Dengan berbekal informasi dari berbagai blog, kami berani untuk menginap di bandara megah itu. Kami menyusuri bandara, mencari tempat yang agak ramai. Untungnya, kami bisa menggunakan troli, jadi amat sangat meringankan beban kami malam itu.  Ternyata banyak juga turis yang bermalam di sana. Tidur di kursi-kursi yang tersebar di berbagai tempat. Akhirnya kami menemukan tempat yang kami rasa cukup nyaman untuk beristirahat malam ini. Indy sibuk mengoles-oles minyak telon di sekujur tubuhnya. Mungkin itu memang ritualnya sebelum tidur. Dan saya pun langsung terlelap walaupun suhu ruangan di tempat itu sangat dingin. Tanpa basa basi dan melupakan ritual sebelum tidur, dengan ransel saya jadikan bantal, dengan tas yang masih saya kalungkan, dengan berselimutkan kain bali yang saya beli di jogja, saya pun terlelap dengan berdoa sebelumnya, singkat. Beruntunglah saya yang cukup mudah tidur di mana saja. Kira-kira pukul 4, saya terbangun dan melihat indy sedang duduk, entah apa yang ia pikirkan. Apakah mungkin ia homesick dan ingin  minta pulang, jangan sampai. Ternyata ia kedinginan. Dan beberapa saat kemudian ia ke toilet. Lama menunggu indy yang menghangatkan tubuh di pengering tangan, saya mengoleskan minyak kayu putih di telapak tangan dan kaki saya. Mungkin sudah hampir satu botol kecil saya habiskan. Saya melihat sekeliling, banyak orang yang tidur juga.  Tepat disebelah kursi saya, ada seorang wanita  yang sedang tidur hanya dengan mengenakan tank top. Petugas-petugas yang tidur di kursi lainnya juga tidak mengenakan jaket/selimut. Saya meringkuk lagi dengan kain bali yang saya bawa. 


Setelah kembali dari toilet, indy mengajak saya ke toilet lagi untuk cuci muka dan membenahi diri kami. Setelah ke toilet, kami mencari prayer room sambil menunggu waktu subuh. Ternyata saat itu di prayer room sedang ada rombongan umroh dari Indonesia yang sedang transit. Saya sempat bertegur sapa dengan jamaah Indonesia yang berasal dari pekalongan itu.  Sempat terlintas juga dibenak saya, kapan kah saya bisa seperti mereka. Pergi umroh atau naik haji. Terucap juga seutas doa, semoga dalam waktu yang dekat, amin. Suhu di prayer room sedikit hangat, mungkin karena banyak orang. Kalau saja di tembok tidak ada tulisan dilarang tidur dan makan, mungkin kami sudah tidur sampai pagi di sana. Setelah sholat subuh, saya dan indy menunggu beberapa saat untuk mengisi baterai handphone kami sebelum melanjutkan perjalanan. Memulai perjalanan tepatnya.


****



*bersambung 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar