Gerbong ini sangat sepi, mungkin cuma ada 4 orang selain kami. Namun ketika sampai di stasiun apa namanya, penumpang sudah mulai banyak. Mungkin ibaratnya, itu sudah masuk di daerah Bogor kalau kita mau ke Jakarta. Banyak orang yang bekerja menggunakan kereta menuju Kuala Lumpur. Mungkin ya, soalnya nggak sempet nanya-nanya juga sama penumpang yang lain.
Kami sempat membahas bagaimana keadaan di Jakarta. Karena kami mendapat informasi dari beberapa twit dan status bbm juga sms dari keluarga kalau kemarin di jakarta ada demo lumayan besar. Tak lupa kami berdoa semoga keluarga dan teman-teman kami di Jakarta selalu dilindungi Allah.
Dan akhirnya sampailah kita di KL Sentra pukul 9 kurang sedikit. Begitu sampai, di bawah tanah. Agak gimana gitu sepi dan tidak terang. Kami langsung mencari jalan keluar, dan akhirnya menemukan lift.
Tujuan utama kami adalah shower room. Di itinerary yang indy buat, sudah tertera dengan detil di mana letak shower room dan biayanya.
Setelah bertanya kepada seseorang, sampai juga di shower room.
Ruangan mandinya ternyata cukup nyaman, kira-kira ada 4 kamar mandi, 2 toilet dan 3 ruangan ganti. Ruangan gantinya seperti kamar ganti di mall. Jadi kami bisa menyimpan barang-barang kami dan mengunci ruangan tersebut saat kami mandi. Di sana juga terdapat pengkhidmatan menggosok atau tempat menyetrika, biayanya 3 ringgit. Kalau mandi biayanya 5 ringgit.
Rasanya segar sekali mandi pagi itu. Kami berkemas. Oya, kami berniat menggunakan loker agar kami tidak perlu membawa semua barang-barang kami selama jalan-jalan di kuala lumpur dan thailand nanti. Walaupun mengurangi nilai kebackpackeran, kami bertekad menitipkan saja. Dan semakin menghargai para backpacker sesungguhnya yang kemana-mana membawa backpack yang tidak ringan. Jadi kami pilih pilah lah barang apa saja yang harus dibawa dan mana yang tidak perlu. Tetep aja, udah dipilih sedemikian rupa, ransel ini masih tidak ringan juga. Kami menelisik lebih dalam apa yang menyebabkan tas kami masih belum ringan juga. Tas saya, sepertinya karena membawa kamera. Kalau tas Indy karena ada sekotak cheese roll yang belum habis. Sekotak kue itu yang dari kemarin Indy ingin enyahkan dari tasnya. Karena kami juga tak sanggup menghabiskannya. Kemarin ia ingin memberikan pada babe tapi babe menolak. Kami pun berniat memberikan kepada orang lain tapi belum ketemu orang yang tepat.
Setelah dandan
Tujuan selanjutnya adalah locker. Kami harus menitipkan backpack kami di loker. Loker-loker berderet rapi di sepanjang lorong stasiun, di dekat musola, toilet dan shower room. Ada loker sedang 5 ringgit, ada juga yang besar 10 ringgit.
Seorang pria tegap berperawakan seperti bang tigor, mendekati kami ramah.
"Nak nitip barang?"
Kami mengangguk.
"10 ringgit 1 hari"
"Kami ingin menyewa 2 hari"
"2 hari?jumat....sabtu? 20 ringgit..." ucapnya ramah.
"Kayanya 3 hari deh..? iya nggak sih? kita dari Hat Yai jam berapa?" ucap saya.
"iya ya? coba itung lagi..." ucap Emy. "iya kayanya 3 hari aja, biar aman" lanjut Emy.
"3 hari..."Ucap Emy kepada pria penjaga loker.
"3 hari? jumat, sabtu, ahad?" ucapnya memastikan.
"Ya...." ucap kami meyakinkan.
Kemudian kami masukkan semua barang-barang kami. Dan memastikan tidak ada barang penting yang belum dibawa. Semua gadget, uang cash dan segala dokumen penting telah kami pastikan terbawa.
"Sudah masuk semua? paspor?" Ucap pria penjaga locker.
Kami mengangguk.
"ayo ikut saya... saya kasih receipt."
Kami pun mengikuti pria ini.
Kami diantarkan ke meja informasi yang terletak di tengah-tengah. Emy bertanya-tanya mengenai kereta ke Hat Yai. Kami disarankan untuk langsung bertanya ke loket penjualan tiket.
****
Dulu sekali, sewaktu SD. Saya pernah belajar bahasa gagigu karena teman-teman saya sekelas mendadak bicara menggunakan bahasa itu. Bahasanya itu segepegertigi iginigi. Awalnya agak nggak bisa, nggak mudeng blas. Tapi setelah beberapa hari mempraktekan langsung, dengan mengajak adik saya sebagai lawan bicara. Akhirnya saya lancara menggunakan bahasa isyarat tersebut. Dan ternyata, bahasa ini justru yang saya, emy dan indy gunakan untuk berkomunikasi jika ingin pembicaraan kami tidak dimengerti oleh orang lain.
"Yagaugudagah, kigitaga kege tegermiginagal agajaga dugulugu" Ucap Emy sedikit memberi harapan ketika mengetahui tiket kereta ke Hat Yai malam ini sudah habis terjual.
"yagaugudagah gigitugu agajaga"
Kami pun melangkah gontai meninggalkan loket penjualan tiket. Bukan karena kehabisan tiket, tapi karena perut lapar. Kami berjalan menuju food court yang bahasa Malaysianya adalah Medan Selera. Kami ingin makan dulu, mengisi energi dan berdoa semoga nanti kami mendapatkan tiket bis menuju Hat Yai malam ini. Di sini kami agak ragu dengan jadwal dan rencana yang telah kami buat, indy yang membuat itinerary tanpa revisi sama sekali dan tidak ada plan A B apalagi Z. Masih banyak kemungkinan yang berubah. Atau bahkan perubahan tujuan tempat atau bahkan hanya menghabiskan waktu di kota ini sampa 3 hari ke depan. Tapi kami tak sempat berfikir rumit, kami hanya berfikir untuk makan yang banyak dulu, mikirnya nanti aja. heheee
Oh ya, kami berkenalan dengan ibu yang bekerja sebagai pelayan di Medan Selera yang berasal dari Indonesia, namanya ibu Azizah. Kami bertanya kepada beliau bagaimana menuju terminal Pudu Raya. Dan jawaban ibu Azizah yang kami jadikan acuan menuju terminal besar di kota tersebut.
*bersambung
hahahahahah "nak titip barang selalu terngiang" ya bebs. jadi kangen ama bang tigor =))
BalasHapusaduh nengg... post lo tuh memang selalu menghibur... selesaiin sampe kelar yaaa... gue pembaca setia nih. (padahal gue juga ga ngelar2in tulisan. lagi memalas -__-)
BalasHapus