Pages

20/09/12

tentang film perahu kertas

Entah kenapa, menonton film ini begitu sentimentil untuk saya. 
Saya bisa mbrebes mili pas nonton adegan yang sama sekali lagi nggak 
sedih. Menjadi penulis dongeng, pelukis, guru anak-anak, 
passion dan imajinasi yang diangkat di film ini sangat menyentil 
hati saya. Seperti diingatkan dengan mimpi-mimpi kecil yang lama 
tertidur terbuai dengan rutinitas dan segala dalih tak ada inspirasi. 
Dengan akting para pemain yang sangat bagus, pemandangan indah 
yang selalu ditampilkan, kreatif, imajinatif, dan menyentuh hati, saya 
jatuh cinta dengan film ini. 


Saya jadi ingat, beberapa tahun yang lalu saat saya PKL, saya kenal 
dengan seorang bapak, seorang pustakawan yang usianya sudah tidak
muda lagi, menjelang pensiun. Ia memberi nasihat untuk kami (saya dan Mocan)
untuk membuat buku cerita untuk anak-anak. Dan dia bilang, kalau pasangan yang 
cocok itu, yang perempuan bisa nulis, dan yang laki-laki bisa gambar. 
Pas banget untuk nulis buku cerita anak-anak. Kami cuma senyum-senyum
mendengar wejangan sang Bapak yang kami anggap seperti kakek sendiri karena
mendengar ceritanya seperti mendengar cerita dari seorang kakek untuk cucu-cucunya. 
Saya tersenyum dengan imajinasi saya sendiri.  
Mocan tersenyum seperti tahu apa yang saya pikirkan waktu itu. *ge-er* 
*nggataudeeh* :p

Dan saya menjadi sangat terharu saat adegan 
Kugy menempelkan gambar-gambar Keenan, menyatukan
dengan cerita dongeng yang dibuatnya hingga menjadi sebuah buku. 
dan Kugy bilang....


“Aku merasa mimpiku semakin dekat, karena bersamamu 
aku tidak takut lagi jadi pemimpi.” -Perahu Kertas





Tidak ada komentar:

Posting Komentar