Pages

03/01/15

Menatap langit

Waktu kecil saya punya kebiasaan naik ke atas rumah tempat jemurin baju, tiduran di atas kasur yang sedang di jemur. Hampir setiap hari ada kasur lipat yang dijemur. Dan setiap hari pula setiap pulang sekolah di sore hari saya tiduran di kasur itu. Bahkan belum sempat berganti baju saya langsung naik ke atas.

Saya sangat menikmati pemandangan di langit saat itu. Saya memperhatikan awan-awan berarak entah menuju ke mana. Bergerak, berlari, bersatu, terpisah. Saya membayangkan, seandainya awan itu empuk, tempat di mana saya bisa melompat lompat dan berguling-guling bahagia. Saya membayangkan, di awan itu suatu negeri yang sangat nyaman dan indah sekali.


Setelah merasa sudah cukup memandangi awan yang cantik itu biasanya saya turun. Ritual itu cukup lama saya jalankan. Dan saya pun ingat kenapa saya berhenti melakukannya. Zzzz.

Waktu itu tiba-tiba ada tetangga saya yang menghadap sang ilahi karena tidak wajar. Banyak orang yang datang ke lingkungan ruumah kami. Dan ketika kerandanya datang, saya melihatnya dari tempat saya biasa melihat langit alias dari tempat jemuran. Kerandanya si ada di bawah, di jalanan (tulisan ini udah diedit setelah bebsndir baca, seolah-seolah kerandanya datang dari atas, atas langit. Muahaha). Saya begitu ketakutan. Saya sampai memanggil mama, kalau mama jangan pergi kemana-mana.

Argh. Sejak saat itu saya tidak berani di atas sendiri dan kemudian lupa dengan ritual saya itu. Tapi, sampai sekarang saya masih ingat bagaimana indahnya menatap langit setiap sore kala itu. Dan sampai sekarang pun, saya masih suka menatap langit!


Adelaide, 3 jan 2015. 18:44

Tidak ada komentar:

Posting Komentar