Kemarin saat membuat konten dengan trimo ada satu pertanyaan darinya, mbak Ashry, are you happy?
Aku jawab yes, I'm happy. Sebenernya saat bilang itu juga ada sedikit keraguan, aku takut terlalu percaya diri bilang kalau aku happy, tapi sepertinya tidak tepat juga kalau aku bilang aku tidak happy, karena nyatanya aku happy-happy saja.
Lalu aku mulai berpikir lagi, kalau ditanya itu apakah kita harus happy? Apakah kita terlalu malu untuk bilang kalau kita tidak happy? Atau apakah kita harus jujur menjawab entah itu happy atau tidak happy? Apakah orang lain harus tau apakah kita happy atau tidak happy?
Aku jadi ingat, padahal aku selaku bertanya dengan keponakan kecilku, Shabira, baby happy nggak? Tiap abis melakukan sesuatu, misalnya habis pergi ke mall. Lalu dia akan jawab, happy. Lalu biasanya mamanya yang suka meng assess lebih jauh. Apa yang dia happy dan tidak happy. Karena kadang walau dia bilang happy, ada sesuatu yang bikin dia tidak happy, misalnya saat naik mobil dia merasa tidak nyaman dan menjadi tidak happy.
Aku jadi sadar, mungkin jawaban happy atau tidak, perlu waktu untuk menjawabnya. Pasti ada sisi happy dan tidak happy di setiap waktunya. Happy karena apa, tidak happy juga pasti karena apa. Happy dan tidak happy sepertinya selalu berjalan beriringan tidak dapat dipisahkan. Happy dan tidak happy juga bukan sesuatu yang abadi. Jadi, nggak perlu dirisaukan, tapi perlu diakui dan diterima dengan kesadaran.
Demikian pemikiran tentang happy dan tidak happy kali ini. Semoga ada manfaatnya untuk pembaca sekalian.
Xoxo
Ash
Tidak ada komentar:
Posting Komentar