Pages

05/04/16

Tentang Melbourne: Unplanned beautiful journey: Cerita Pertama Sydney Melbourne Trip

Malam itu pukul setengah 12 malam, aku dan Rima tergesa meninggalkan hostel di tengah kota Sydney menuju meeting point bus malam yang akan mengantarkan kami ke Canberra. Sangat berat langkah kami, begitu juga mata yang masih ingin tidur lelap. Kami berpapasan dengan muda mudi Sydney yang berdandan kece untuk pergi ke club. Pemandangan yang tidak asing bagi kami, karena biasanya kami memandangi pemandangan seperti ini dari atas ruangan di kampus atau ketika pulang hampir tengah malam setelah mengerjakan tugas yang seperti tiada akhirnya. ah ya, ini sudah liburan, lupakan sejenak tugas-tugas cantik itu. Dan kami akan menuju kota yang kami pun tidak tahu persis letaknya di mana. Untuk melihat salju untuk pertama kalinya.

Rencana liburan ini sudah tentu kami rencakan jauh-jauh hari, bahkan sebelum semua tugas kami kumpulkan. Dari pertengahan semester Inda sudah mengemukakan rencana liburan ke Melbourne bersama rombongannya. Aku pun salah satu yang rencananya akan diikut sertakan. Sudah dari setahun yang lalu kami memang pernah punya rencana untuk liburan bersama. Inda yang memang sudah kenal baik dengan kota Melbourne mengajak aku dan teman yang lain untuk tour di kota itu. Tapi berhubung kesibukan kami masing-masing rencana itu belum juga terwujud. Terlebih lagi pertangahan tahun lalu Inda sedang sibuk mempersiapkan pernikahannya. Dan sekarang, Inda mengajak kami lagi untuk tur ke Melbourne di musim dingin tahun ini, menikmati salju di Mount Buller.

Mendengar tawaran Inda membuat aku tidak langsung mengiyakan, padahal Riri sudah pasti mau ikut. Entah kenapa waktu itu aku butuh waktu sedikit lama untuk mengiyakannya. Pertimbangan pertama karena musim dingin tahun lalu aku sudah ke Melbourne, dan Melbourne bukan merupakan kota yang ingin aku kunjungi dua kali dalam masa studi masterku ini. Aku lebih jatuh cinta dengan Sydney, dan lebih memilih untuk datang ke Sydney lagi daripada ke Melbourne.

Aku membulatkan tekad untuk ke Sydney lagi, entah dengan siapa. Perjalanan medio semester kedua lalu ke kota itu sangat berkesan untukku. Kota yang cerah, cantik dan ramah. Hiruk pikuk yang menyenangkan, karena memang Sydney kota tujuan wisata. Tidak seperti ketika aku mengunjungi Melbourne yang kelabu. Sebenarnya sih karena faktor musim juga. Aku ke Melbourne di saat musim dingin, dan Sydney ketika musim hampir memasuki musim semi. Masih musim dingin sebeneranya, tapi musim dingin yang sudah mulai memudar. Ah, pantas saja. Musim semi adalah juga musim ku. Jika kebanyakan orang sangat memuja musim gugur, aku adalah pengagum musim semi.

Aku sudah pernah mengajak Rima untuk ke Sydney lagi. Tapi Rima menolak dengan alasan sudah pernah ke sana. Aku nggak ada ide lagi untuk mengajak siapa. Tapi aku sudah mantap untuk tidak ikut rombongan Mount Buller yang Inda kordinir.

Di suatu hari yang random, aku dan Rima sudah membeli tiket PP Adelaide Sydney. Dalam sekejap, kami sudah siap untuk melakukan perjalanan Adl-Sydney-Canberra-Sydney-Adl. Tiket PP Sydney Canberra pun sudah dibeli. Tak usah dipertanyakan tingkat kerandoman kami, ya begitu lah adanya.

Perisher, sebuah pegununungan di antara Canberra dan Sydney adalah tujuan kami untuk melihat salju. Setelah browsing sana sini akhirnya kami bulat mengunjungi pegunungan ini, agak berbeda dengan tujuan teman kebanyakan yang memilih mount buller di Melbourne.  Dan aku pun sudah mengumumkan kepada siapa saja yang bertanya padaku kemana rencana liburan nanti atau kenapa tidak ikut dengan Inda, karena Riri dan Ratih saja ikut, bahwa aku akan ke Perisher. Riri pun sudah aku kasih tau nama tempat itu, jikalau ia juga ditanya dengan pertanyaan serupa. Pe-ri-sher. Jangan lupa, Perisher.

Yak, hingga akhirnya hari itu tiba. Kami harus bergegas ke meeting point bus malam itu. Siangnya kami juga sudah survey tempat busnya yang ternyata dekat dengan penginapan kami. Dan ternyata, bus yang kami tunggu tidak datang juga. Dan, kami menyadari ternyata meeting pointnya bukan di situ.


*bersambung ke sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar