18/05/15
Tentang Perth, sekedar rencana
***
Kira-kira setahun kemudian,
Hari-hari pun berlalu dengan indahnya, sibuk dengan seleksi beasiswa, persiapan kursus bahasa inggris, beresin kerjaan di kantor, kesibukan trip-trip dan kegiatan random lainnya. Hingga akhirnya, aku dinyatakan lulus beasiswa dan harus mulai mempersiapkan segalanya. Aku pun mulai mengontak mba Fira (teman serumah yang Fanny ceritakan di pertemuan di angkot pagi itu) karena mesti cari info sebanyak-banyaknya tentang pilihan program yang mau diambil nanti. Waktu itu, setelah browsing sana-sini akhirnya keinginanku sudah bulat untuk memilih Curtin di Perth, karena mata kuliah yang ditawarkan sesuai dengan apa yang aku inginkan.
Selama kursus persiapan tiga bulan, yang aku cari infonya adalah segala hal tentang Perth, sering nanya-nanya juga sama teman-teman yang mau ambil di sana juga, dan selalu pake tas dari Curtin pula kemana-mana. Padahal, waktu itu aku udah tau kalau Curtin minta nilai Ielts yang tinggi banget, writingnya harus 7. Dan nggak ada seorang pun temanku di kelas yang mau ke sana. Belum lagi banyak yang bilang kalau biaya hidup di Perth itu lebih mahal. Tapi tetep aja aku yakin banget mau ambil Curtin, hatiku udah terlanjur cinta dengan Curtin. Kalau ditanya orang mau ngelanjutin kemana nanti, aku selalu bilang mau ke Curtin di Perth.
Aku sempat chat sama mba Fira beberapa kali untuk nanya akomodasi, dan mba Fira sempat nyaranin tempat akomodasi di mana dia tinggal dulu. Udah sempat juga ngontak ke temannya teman yang tinggal di Perth cari info tentang akomodasinya. Pokoknya Perth is on my heart. hahaaha.
Namun, entah kenapa, sebenernya waktu itu seperti ada bisikan di hati, kalau di Adelaide itu lebih nyaman dan lebih indah, zzzzzzz.
**to be continued
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar